Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan
barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,
melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari
bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi
untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau
pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu
bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia
mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan
secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah
yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu
dikedepankan oleh para produsen produk-produk pertanian, dan hal ini secara
pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di
Indonesia.
PENGEMASAN MAKANAN SECARA TRADISIONAL
Ragam kemasan makanan tradisional
yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun
pisang, kelobot jagung
(pelepah daun jagung), daun kelapa/enau
(aren), daun jambu air dan daun jati.
Daun
Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable,
yang biasanya berupa daun pisang, daun jati, daun bambu, daun jagung dan daun
palem. Lebih aman digunakan dalam proses pemanasan dibanding plastik.
Gerabah
Digunakan sejak zaman dahulu, aman bagi bahan
pangan asal tidak mengandung timbal. Gerabah yang diglasir bersifat kedap air,
kedap udara, mampu menghambat mikrobia, dan bersifat dingin sehingga cocok
untuk mengemas bahan pangan seperti saus, madu, anggur, minyak, curd/dadih dll.
Cara pengemasannyapun dilakukan dengan
berbagai macam cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut
Cara mengemas
|
Bahan kemasan
|
Menggulung
|
Daun
pisang
Daun bambu Daun/kelobot jagung |
Melipat
|
Daun
pisang
Daun jambu |
Membalut
|
Daun
pisang
Daun kelapa |
Menganyam
|
Daun
kelapa
|
PENGEMASAN
MAKANAN MODERN
A.
Kemasan Flexible
Kemas
fleksibel adalah suatu bentuk kemasan yang bersifat fleksibel yang dibentuk
dari aluminium foil, film plastik, selopan, film plastik berlapis logam
aluminium (metalized film) dan kertas dibuat satu lapis atau lebih dengan atau
tanpa bahan thermoplastic maupun bahan perekat lainnya sebagai pengikat ataupun
pelapis konstruksi kemasan dapat berbentuk lembaran, kantong, sachet maupun
bentuk lainnya.
Bahan
baku yang digunakan :
Kombinasi
dari berbagai material tersebut, akan memberikan kemasan yang lebih sempurna
dari prosuk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Bahan
Utama : film plastik, selopan, aluminium foil, metalized film,
kertas
dan sebagainya.
Bahan
Pengikat : perekat/adhesive dan extrusion dari bahan
Thermoplastic
Bahan
Penolong : antara lain tinta dan solven
Bahan
utama :
1. Kertas
Ada berbagai macam jenis kertas yang dikenal,
dengan sifat tertentu dan dengan aplikasi tertentu. Kertas dibagi dua dalam
klasifikasi yang luas, ialah cultural papers atau fine paper dan industrial
paper atau coarse papers.
Cultural
paper : antara lain printing paper, litho paper, artpaper dan lain-lain.
Industrial
paper : antara lain kraft paper, manila paper, glassine paper, grease-proof
paper dan lain-lain.
Untuk
keperluan kemas fleksible, selain menggunakan kertas industri seperti kraft
paper dan glassine paper juga digunakan cultural paper, seperti litho paper dan
art paper. Kraft paper, karena sifatnya yang kuat, banyak digunakan dibidang
kemas fleksible, terutama sebagai shopping bag.
2. Aluminium Foil
Foil
adalah tak berbau, tak ada rasa, tak berbahaya dan hygienis, tak mudah membuat
pertumbuhan bakteri dan jamur. Karena harganya yang cukup mahal, maka aplikasi
dari aluminium foil sekarang ini banyak disaingi oleh metalized aluminium film.
Coating yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di ruang vacuum,
hasilnya adalah suatu produk yang ekonomis dan kadang-kadang fungsinya dapat menyaingi
aluminium foil, dalam aplikasi kemas fleksibel dan memiliki proteksi yang cukup
baik terhadap cahaya, moisture dan oksigen.
3. Film
Sifat
tertentu dari film seperti keuletannya dapat diperoleh memakai orientasi dan
stretching. Film banyak digunakan, karena sifat barrier dan daya tahan terhadap
bahan kimia. Moisture atau transimisi gas permeability adalah sifat yang utama
yang menjadi pertimbangan dalam aplikasi packaging. Dalam aplikasi tertentu
daya tahan minyak dan gemuk juga diperlukan beberapa produk terutama food,
membutuhkan pengendalian transimisi dari gas oksigen dan karbondioksida.
Produk
seperti kopi, the, potato chip mempersyaratkan gas barrier yang baik, sedang
tomato segar, kubis dan lain-lain produk yang memerlukan kegiatan pernapasan,
mensyaratkan film yang permeable yang bisa melepas gas karbondioksida ketika
terjadi proses pernafasan.
Daya
tahan terhadap perembesan uap air dan permeable gas dari suatu film dapat
dikurangi dengan meningkatkan ketebalan film tersebut, atau dengan cara coating
dengan bahan lain, atau dilaminasi dengan film lain atau foil.
Disamping
sifat diatas, yang perlu diperhatikan juga adalah dimensional stability,
resisten terhadap sinar UV, heat seal range flameability, machine ability,
gloss dan transparansi. Dan printability adalah penting dalam aplikasi
packaging. Selopan dalam bentuk nitro cellulose atau polymer coated dan coated
lainnya agak mudah dicetak. Sedang yang lain memerlukan perlakuan khusus dalam
proses printing. disebut juga polymer, yang memiliki molekul yang panjang yang
terkadang merupakan gabungan dari monometer antar 1.000 sampai dengan 2.000
unit.
Proses
polymerisasi bisa terjadi diatas seperti proses pada pembuatan selopan. Sedang
untuk film plastik disebut juga polymer sintesa. Dalam proses ini molekul
kecil, yang disebut monometer bergabung bersama menjadi rantai panjang yang
kemudian disebut polymerisasi.
Peningkatan Kemas Fleksibel
Lembaran
film yang akan digunakan sebagai bahan kemasan, diikat dengan jalan extrusion
coating maupun laminasi. Lapisan dibaut menjadi heat sealable, dapat disatukan
dengan bagian lain, kemudian ditutup dan terjadilah perlindungan terhadap
produk yang terdapat didalamnya.
Proses
penutupan/pengemasan bisa dilaksanakan secara manual, semi manual ataupun
secara masinal. Film yang akan digunakan pengikatannya dibantu melalui coating
ataupun laminasi.
Coating
adalah proses untuk meningkatkan sifat proteksi dari film yang digunakan
terhadap uap air, gas dan lain-lain sehingga bahan yang digunakan untuk coating
bisa thermoplastic ataupun bahan sintetis seperti laquer.
Proses
pengikatan yang terjadi pada dua
permukaan secara bersama, memiliki dua prinsip mekanis yang berbeda. Bila
permukaan film agak porous, maka media cair akan mengadakan penetrasi kepada
substrat, dan terjadi pengisian oleh adhesive yang bermolekul panjang. Terjadi
ikatan fisik antara kedua material tersebut. Cara ini disebut sebagai physical
adhesive atau mechanical adhesive. Bila permukaan dari film adalah rata, dan
permukaannya tidak dapat tembus, maka mekanisme pengikat agak berlainan. Maka
kekuatan pengikat tergantung dari molekul adhesive dan biasanya disebut
specific adhesive. Yang paling popular dalam aplikasi kemasan adalah extrusion
coating dan hotmelt coating.
Extrusion
proses adalah pengikatan thermoplastic material selaras dalam keadaan cair
keatas substrate. Dalam proses ini yang banyak digunakan sebagai media adalah
LDPE. Selain dengan coating proses, pengikat dilaksanakan proses laminasi.
Dikenal adanya wet laminasi dan dry laminasi serta solven free process.
Dalam
proses dry laminasi, maka bonding process diaplikasikan pada lembaran film dan
dikeringkan sebelum disatukan melalui tekanan dan panas.
Yang
perlu mendapat perhatian dalam proses pengikatan ini adalah heat seal strength.
Kekuatan seal tersebut, bisa terjadi segera diikat selagi panas, atau bisa juga
ditunggu beberapa saat sampai produk tersebut dingin. Kekuatan seal yang
terjadi pada saat masih panas tersebut disebut hot tack. Hot Tack amat penting
bila pengisian terhadap produk yang agak berat, ataupun pemakaian mesin
pengisian
yang vertical. Ikatan antara lapisan dari multi layer film, kekuatannya disebut
bonding strength.
Pengemasan buah dan sayuran
Setelah
panen fungsi physologi seperti pernafasan pada buah dan sayuran masih terus
berlangsung. Salah satu cara untuk preservasi produk tersebut, adalah
controlled atmosphere (CAJ) preservation method. Dengan cara ini, gas yang ada
di lingkungan produk dapat dikontrol pada temperatur rendah, kurangi kadar O2
dan ditambah CO2, untuk mengendalikan pernafasan dan mempertahankan kualitas
dari produk tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Bila
buah dikemas dalam kantong polyethylene, komposisi udara didalam kemasan akan
mengubah pernafasan yang berlebihan, buah berkerut dan nilai buah tersebut
sebagai produk akan menurun. Bila kadar O2 meningkat, maka warna buah berubah,
dan bila kadar CO2 meningkat maka rasa akan berubah.
Low
density polyethylene film dengan ketebalan kurang dari 20 micron agak lumayan
untuk pengemasan sayuran, karena permeability yang tinggi terhadap gas dan uap
air. Namun demikian sulit diaplikasikan, film tersebut agak rapuh dan mudah
sobek.
Menurut penelitian high
density polyethylene dengan ketebalan 10 micron sudah memberikan hasil yang
memuaskan dalam pengemasan buah jeruk. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
dalam aplikasi pengemasan buah dan sayuran sebagai metode CA, dengan
menggunakan film LDPE maupun HDPE dihadapkan humidity yang cukup tinggi di
Indonesia.
4. Plastik
Penggunaan
plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung dari jenis
makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik
masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi
pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun.
Jenis
plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen, cellophan,
polivinilklorida (PVC), polivinil dienaklorida (PVDC), polipropilen, poliester,
poliamida, dan polietilentereptalat (PET).
- Polietilen : adalah jenis
plastik yang harganya paling murah dan memiliki beberapa varian antara
lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High Density Polyetilene (HDPE),
dan Polietelentereptalat (PET). Polietilen memiliki sifat kuat bergantung
variannya, transparan, dan dapat direkatkan dengan panas sehingga mudah
dibuat kantong plastik.
- Cellophan : sebenarnya terbuat
dari serat selulosa yang disulfatasi. Cellophan dapat dipergunakan untuk
membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti. Cellophan yang
dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap uap air,
fleksibel, dan mudah direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi
PVDC tahan terhadap uap air dan kedap oksigen sehingga baik untuk mengemas
makanan yang mengandung minyak atau lemak.
- Polivinilklorida (PVC) : jenis
plastik yang kuat, namun memiliki kelemahan yaitu dapat berkerut
(Shrinkable) dan sering digunakan untuk mengemas daging atau keju.
- Polivinildienaklorida (PVDC) :
jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap air dan transmisi udara. Sering
dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan yang dikeringkan.
B.
Teknologi Plasma
dalam Pengemasan Makanan
Aplikasi
teknologi plasma dalam industri pengemasan makanan lahir sebagai bentuk
perkembangan dalam teknologi pengemasan makanan yang baik karena memiliki
beberapa keunggulan seperti proses yang cepat dan minim menyebabkan kerusakan
pada makanan.
Berikut
ini merupakan aplikasi teknologi plasma dalam pengemasan makanan:
1. Fungsionalisasi dan aktivasi permukaan
Pada
kemasan makanan berbahan dasar polimer, kemudahan dicetak dan sifat anti asap
merupakan properti khas yang harus dimiliki. Dengan teknologi plasma, kedua
kriteria tersebut dapat dipenuhi melalui fungsionalisasi dan aktivasi
permukaan. Dalam tahap ini, plasma berfungsi sebagai penyesuai energi permukaan
dengan cara mengatur adhesifitas, sifat hidrofobik, dan hidrofilik. Dalam
pengaturan sifak hidrofobik dan hidrofil, ada dua hal yang menjadi perhatian
yaitu terbentuknya lapisan permukaan anti asap dan penggunaan cat berbahan
dasar air ataupun tinta. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam perlakuan plasma
terhadap kemasan menentukan adhesifitas yang diperoleh.
Penggunaan
lapisan plasma juga berguna dalam meningkatkan derajat kebasahan permukaan yang
berpengaruh juga terhadap energi permukaan tersebut. Dengan adanya plasma,
energi permukaan meningkat 1,5 kali lipat. Hal ini sangat berguna dalam
penggunaan cat berbahan dasar secara ekologis.
2. Pelapisan permukaan
Pengawetan
makanan dalam kemasan bergantung pada sterilitas dan kualitas kemasan itu
sendiri. Sebagai contoh, untuk makanan atau minuman yang sensitivitasnya
terhadap udara cukup tinggi harus dikemas dalam botol yang memiliki lapisan
penghalang yang kuat
Pelapisan
botol PET dari dalam menggunakan SiOx dan HMDSO (heksametildioksan) dengan
bantuan argon plasma merupakan cara baru dalam produksi botol PET berkualitas
tinggi sebagai kemasan minuman tertentu. Dengan menggunakan plasma, lapisan
SiOx setebal 50 nm dapat diperoleh hanya dalam waktu kurang dari lima detik.
Padahal proses ini memakan waktu hampir puluhan kali lipat lebih lama tanpa
adanya plasma. Penggunaan plasma juga meningkatkan kemampuan kemasan dalam
menghalangi terjadinya difusi gas dalam rentang skala 3 -10. Selain itu,
kemasan yang dilapisi menggunakan plasma, memiliki kemungkinan hampir 0% dalam
terjadinya microcrack akibat spora.
3. Sterilisasi plasma
Sterilisasi
dalam pemrosesan makanan merupakan suatu proses pengawetan makanan dengan cara
memanaskan makanan pada temperatur yang cukup tinggi dalam waktu tertentu untuk
menghancurkan mikroba dan aktivitas enzim. Dengan proses sterilisasi,biasanya
makanan dapat bertahan hingga lebih dari 6 bulan pada temperatur ruang.
Ada banyak
alasan mengapa sterilisasi menggunakan plasma menjadi pilihan. Berikut beberapa
alasannya.
- Waktu inaktivasi spora yang
singkat
- Beban termal yang rendah
- Tidak ada penggunaan bahan
kimia toksik dan berbahaya
- Tidak terbentuk produk yang
toksik dan berbahaya pasca steriliasi
- Tidak ada perubahan sifat pada
material makanan yang diproses, malah terjadi peningkatan kualitas
material makanan
- Tidak perlu ada treatment
lanjutan
Mekanisme
sterilisasi dengan plasma:
- Destruksi material genetic
mikroorganisme melalui irradiasi UV
- Pengikisan mikroorganisme atom
per atom melalui fotodesorpsi intrinsik
- Pengikisan mikroorganisme atom
per atom melalui proses etching.
Alat
sterilisasi berteknologi plasma yang biasa digunakan adalah ECR Plasma
(Electron Cyclotron Resonance Plasma). Alat ini memanfaatkan prinsip gaya
Lorentz dengan adanya pergerakan sirkular electron-elektron bebas sehingga
membangkitkan medan magnet seragam yang statis.
Berikut
ini merupakan skema ECR plasma:
Sterilisasi meggunakan plasma berbeda karena agen aktif nya
spesifik, seperti foton UV dan radikal. Keuntungan metode plasma adalah proses
dapat dilakukan pada temperature rendah (500C), relative aman, dan mengawetkan
keutuhan instrument dasar polimer, yang tak bisa dilakukan bila menggunakan
autoklaf atau oven. Foton UV yang diemisikan akan di-reabsorpsi oleh gas
ambient pada tekanan atmosfer.
C.
Kemasan Gelas
Gelas merupakan suatu produk
anorganik yang dibuat melalui proses fusi yang dilanjutkan dengan pendinginan.
Bahan yang biasa digunakan adalah silikat, kapur, dan soda. Setelah melewati
titik fusi, campuran tersebut kemudian didinginkan. Gelas bersifat rigid.
Namun, sifat tersebut tidak disebabkan karena proses kristalisasi. Proses
kristalisasi tidak terjadi karena atom-atomnya tersebar secara amorphous acak.
Hal ini berbeda dengan kristalisasi yang persebaran atom-atomnya kompak dan
teratur.
Pengisian bahan
pangan ke dalam botol dolakukan dalam
kondisi panas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi vakum pada head
spacenya. Setelah filing, masih bisa dilakukan sterilisasi karena botol kaca
meiliki sifat ketahanan yang tinggi terhadap suhu sterilisasi. Wadah gelas
dapat dikenakan sterilisasi dan pasteurisasi in-bottle, baik untuk pengisian
produk panas ataupun dingin. Tidak akan masalah sehubungan
kondisi volume headspace dan kejutan panas yang akan dibuat. Pada
prakteknya, hot-fill, produk diisikan pada 85oC dan selanjutnya
didinginkan yang akan membutuhkan headspace minimum 5%.
Kondisi vakum di sini penting karena
bahan pangan tersebut memiliki kemungkinan untuk ditumbuhi
yeast. Kondisi vakum diharapkan dapat menghambat pertumbuhan spora yeast yang
tahan terhadap pasteurisasi maupun sterilisasi..
Tutup yang
digunakan dalam produk ini bisa berupa logam yang berbentuk crown. Model
penutupannya secara vakum. Kondisi vakum ini sangat diperlukan karena produk
kecap merupakan produk yang nutriously, yang kaya akan protein sehingga
mudah dimanfaatkan mikrobia untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
Vakum dapat diciptakan dengan menghembuskan uap pada headspace. Model penutupan
seperti ini mudah dan cepat sehingga biaya produksi dapat ditekan.
D.
Kemasan Kaleng
Pemilihan bentuk kemasan kaleng tentunya berhubungan
dengan biaya, penampilan fisik dan kompatibilitas dengan isi produk. Sebagai
gambaran, harga bahan logamnya saja mencapai 50-70% dari total biaya wadah.
Oleh karena itu, pemilihan bentuk ataupun desain kemasannya harus dapat
ditentukan secara pasti sehingga dapat tercapai keseimbangan antara biaya yang
dibutuhkan dengan keamanan yang dapat didapatkan dari kemasan untuk produk yang
bersangkutan.
Penggunaan
kemasan kaleng untuk produ bahan pangan sangat penting. Hal ini berkaitan
dengan nilai ekonomis produk tersebut yang relatif tinggi sehingga diperlukan
kemasan yang dapat memproteknya secara bagus. Ada beberapa fungsi dari
penggunaan kemasan kaleng pada produk bahan pangan. Di antaranya adalah
1. Melindungi produk dari kerusakan fisik dan
mekanis. Sifat ini terutama didapatkan dari bahan baja sebagai penyusunnya.
Baja yang digunakan merupakan baja rendah karbon(biasanya diproduksi sebagai
plat hitam). Kemudian, dikonversikan menjadi tinplate atau tin-free
steel (TFS) untuk wadah dan manufaktur penutup.Tinplate dibuat
dengan coating elektrolic plat hitam black plate dengan lapisan
tipis timah. Timah dilapiskan pada kedua sisi plat dengan ketebalan yang tepat
internal untuk produk dikemas dan lingkungan eksternal.
2. Melindungi produk dari kontaminasi
udara luar. Kontaminasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada produk. Kondisi
seperti ini sangat penting dalam perlindungan produk bahan pangan karena
beberapa alasan. Di antaranya yaitu
o Produk bahan pangan bernutrisi tinggi sehingga mudah
ditumbuhi mikrobia perusak. Ketika kontak dengan udara luar terjadi maka hal
pertama yang dapat ditebak adalah terserapnya uap air sehngga Ka dalam bahan
meningkat. Penigkatan Ka ini sangat merugikan karena Ka semula yang
rendah(akibat dari tinginya kadar gula sukrosa yang ada) meningkat dan
memudahkan pertumbuhan mikrobia perusak.
o Produk dituntut memiliki higienitas yang tinggi.
Kemasan kaleng mampu memenuhinya karena (salah satunya) dapat tahan terhadap
suhu sterilisasi.
o Bahan pangan yang telah mengalami fortifikasi
membutuhkan proteksi ekstra karena adanya beberapa bahan fortifikan yang
sensitif terhadap cahaya, panas, dan O2. Kemasan kaleng diharapkan
dapat berfungsi sebagai protektor dari beberapa ahl di atas.
- Pengisian
Pengisian (filling)
produk bahan pangan ke dalam kemasan kaleng harus dilakukan di dalam ruang
aseptis. Kondisi aseptis dibutuhkan untuk mencegah adanya kontaminasi dari
luar. Di dalam pengisian, penting untuk menyediakan headspace yang cukup karena
dapat mempengaruhi tingkat vacuum akhir (oksigen sisa mempengaruhi korosi
internal dan kualitas produk), dan juga meminimalisasikan tekanan internal pada
tutup kaleng selama pengolahan panas dan pendinginan.
Penutupan
kemasan kaleng bahan pangan menggunakan tipe penutupan double seam. Seam
dibentuk dalam dua operasi, dari pembengkokan ujung/bibir kaleng dan pinggiran
badan kaleng.
Kalo urusan Kemasan Makanan bisa hubungi saya mbak :)
BalasHapus