KOMPETENSI PROFESIONAL
1.
Pengertian
Dalam penjelasan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan bahwa Kompetensi
Profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dalam konteks ini, Wardiman Djojonegoro (2009) mengemukakan guru
diharapkan:
1.
Menguasai substansi bidang
studi dan metodologi keilmuannya;
2.
Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi;
3.
Mengorganisasikan materi
kurikulum bidang studi;
4.
Menguasai dan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
5.
Meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui evaluasi dan penelitian.
Menurut
Munandar, kompetensi merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai
hasil dari pembawaan dan latihan. Pendapat ini, menginformasikan dua faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kompetensi, yakni ; (a) faktor bawaan, seperti
bakat, dan (b) faktor latihan, seperti hasil belajar.
Menurut Soedijarto, Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain :
Menurut Soedijarto, Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain :
1.
Disiplin ilmu
pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran
2.
Bahan ajar
yang diajarkan
3.
Pengetahuan
tentang karakteristik siswa
4.
Pengetahuan
tentang filsafat dan tujuan pendidikan
5.
Pengetahuan
serta penguasaan metode dan model mengajar
6.
Penguasaan
terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran
7.
Pengetahuan
terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses
pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
G
2. Penguasaan Materi Pelajaran
Guru adalah
faktor penentu keberhasilan belajar di samping alat, fasilitas, sarana dan
kemampuan siswa itu sendiri, termasuk partisipasi orang tua dan masyarakat. Djam’an Satori (2008), mengutip Depdikdbud (1980) dan
Johnson (1980) mengungkapkan bahwa salah satu komponen kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru sebagai seorang profesional adalah menguasai bahan pelajaran
serta konsep-konsep dasar keilmuannya. Untuk menguasai materi pelajaran diperlukan penguasaan materinya itu sendiri. Ada
dua cara memandang materi atau bahan ajar, yaitu pertama dari sudut isi bahan ajar, dan kedua dari sudut cara pengorganisasian bahan ajarnya. Dilihat dari sudut isi materi, bahan ajar dapat di
golongkan ke dalam enam jenis, seperti berikut.
1. Fakta
Fakta
adalah bahan yang isinya terdiri atas sejumlah fakta atau informasi yang
kebenarannya tidak dapat diragukan lagi untuk diperdebatkan. Misalnya
tahun-tahun sejarah atau peristiwa-peristiwa.
2. Konsep
Konsep
adalah bahan bidang studi yang isinya berupa gagasan, ide, pendapatan, teori
atau dalil. Konsep itu bersifat abstrak, namun akan menjadi nyata jika di
wujudkan dalam bentuk benda atau perbuatan. Misalnya konsep tentang bilangan
bulat dan ganjil yang dilambangkan dalam angka 2, 4, 6 dan 1, 3, 5 dan
seterusnya.
3. Prinsip
Prinsip
adalah tuntutan praktis bagi terselenggaranya perbuatan tertentu seperti dalam
belajar dan mengajar. Bahan bidang studi prinsip merupakan bahan yang memberi
landasan bagi terwujudnya suatu perbuatan yang diharapkan sehingga setiap
tindakan yang dilakukan dapat di kontrol dengan baik. Contohnya prinsip belajar
dan mengajar.
4. Keterampilan
Keterampilan
terdiri dari keterampilan-keterampilan tertentu yang harus di kuasai, terutama
yang menyangkut keterampilan motorik, seperti keterampilan mengetik, mengatur
spasi, memukul bola dan lari cepat. Bahan bidang studi keterampilan banyak
terdapat dalam bidang studi kejuruan. Cara mempelajarinya pada umumnya dengan
tugas dan latihan.
5. Pemecahan Masalah
Pemecahan
masalah adalah bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan masalah.
Misalnya dalam pelajaran IPA, Ibu Reni memberikan tugas kelompok kepada para
siswa untuk membuat kesimpulan mengenai bagaimana cara untuk memanfaatkan
sampah. Pokok bahasan ini dipelajari dengan metode pemecahan masalah. Peserta
didik ditugasi untuk berpikir dan berbuat dan kemudian diakhiri oleh
kesimpulan.
6. Proses
Proses
adalah bahan yang melukiskan proses terjadinya sesuatu seperti proses terjadinya
perubahan warna, proses terjadinya hujan, proses pengendapan atau penguapan.
Bahan bidang studi proses bersumber dari pengalaman. Cara mempelajarinya adalah
dengan pratikum di laboratorium atau studi lapangan.
Jenis
bahan bidang studi berdasarkan cara pengorganisasinya terbagi ke dalam empat
jenis, seperti berikut.
1. Bahan Bidang Studi Linier
Karakteristik
bahan bidang studi linier disusun secara berurutan dari yang mudah kepada yang
sukar tau dari yang sederhana kepada yang kompleks. Peran sistematiknya cukup
tinggi, diajarkan secara berangsur-angsur sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Misalnya dalam pelajaran matematika, bahan itu disusun dari himpunan
benda-benda nyata yang kemudian dilambangkan dalam bentuk bilangan.
2. Bahan Bidang
Studi Kumulatif
Bahan Bidang
studi ini tidak disusun dalam serangkaian tingkatan yang berseri seperti pada
bahan bidang studi linier. Pendekatan metodologinya adalah child-centered, yaitu pembelajaran itu seluruhnya berpusat pada
kebutuhan, minat dan perhatian siswa. Bahan bidang studi ini akan berhasil
diberikan mulai dari keseluruhan menuju kepada bagian – bagian. Metode
pengajaran unit merupakan yang paaling cocok untuk pelajaran ini.
3. Bahan Bidang Studi Praktikal
Pendekatan untuk mempelajari bahan bidang studi pratikal adalah dengan
drill atau pelatihan. Dapat pula cara menyajikannya dengan demonstrasi sangat
besar. Pelajaran olahraga dan kesehatan, kesenian dan kejuruan banyak
mengandung bahan bidang studi pratik.
4. Bahan Bidang Studi Eksperiensial
Bahan bidang studi ini erat kaitannya dengan bahan bidang
studi pratikal, hanya disini lebih menekankan unsur kreativitas. Dalam
mempelajari bahan bidang studi ini siswa diharapkan dapat mengembangkan
kegiatannya dalm bentuk kreativitas, tidak terlalu terkait oleh kebiasaan –
kebiasaan tertentu. Bahan bidang studi eksperiensial tidak terbatas pada bidang
studi keterampilan kejuruan, tetapi juga terdapat pada bidang studi IPA dan
sejenisnya. Misalnya dalam pertanyaan apa yang dapat kita lakukan dengan sabut
kelapa. Dari pokok bahasan ini akan keluar pikiran – pikiran yang dihubungkan
kepada pengalaman, yaitu berupa hasil yang berasal dari sabut kelapa seperti
keset, sapu, bahan bakar, bahkan sampai kepada aneka ragam hiasan. Pendekatan
dalam mempelajari bahan bidang studi ini bersifat child-centered, yaitu bahwa
seluruh kegiatan belajar mengajar berpusat pada minat dan perhatian siswa
melalui penerapan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA).
Untuk memudahkan anda
dalam mengajarkan jenis materi ini, anda perlu mengetahui bagaimana cara
memilih bahan sesuai dengan perkembangannya. Adapun alasan pengembangan dalam
pemilihan bahan ajar adalah sebagai berikut.
a.
Bahan bidang studi itu harus diseleksi dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Cara memilihnya
dilakukan dengan cermat dan mempergunakan kriteria tertentu.
b.
Bahan bidang studi yang tidak relevan dengan kebutuhan diganti
dengan yang baru. Penggantian ini dilakukan atas dasar perkembangan pengetahuan
dan teknologi. Bahan bidang studi itu bersifat fundamental dan terbaru.
c.
Bahan bidang studi yang makin bertambah itu harus
dipelajari melalui berbagai media komunikasi. Media dengar, media lihat dan
media gerak perlu diperluas. Proses belajar tidak terbatas diruang kelas,
tetapi juga di luar kelas, bahkan sampai
di luar sekolah.
d.
Bahan bidang studi yang makin bertambah itu dipelajari
melalui berbagai pendekatan, baik pendekatan metode penyampaian pelajaran
maupun media pembelajaran yang digunakannya.
3.
Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
Dalam
praktik pembelajaran, guru dituntut untuk selalu memperbaharui model,
pendekatan atau metode pembelajarannya. Hal ini penting agar proses
pembelajaran dapat berlangsung penuh makna baik bagi guru itu sendiri maupun
bagi peserta didik. Profesor Liliasari (UPI Bandung), dalam Seminar Nasional
tentang Peningkatan Profesionalisme Guru yang diselenggarakan oleh FKIP
Universitas Sriwijaya, Mei 2009,
mengemukakan beberapa hal penting berkenaan dengan peningkatan
profesionalisme guru sebagaimana tertuang dalam makalahnya sebagai berikut.
Guru profesional
harus memiliki kompetensi yang memenuhi ketentuan perundang-undangan. Dalam
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru berdasarkan Permendiknas no. 16 tahun
2007 dinyatakan bahwa guru harus memiliki
4 kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru. Beberapa kompetensi inti guru
mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan pembelajaran di antaranya: (1)
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (2)
menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (3) memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Salah satu
kompetensi yang dituntut dalam kompetensi inti yang pertama di atas yaitu
menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang
mendidik secara kreatif dalam pelajaran yang diampu. Kompetensi guru mata
pelajaran yang terkait dengan kompetensi inti yang ke 2 di atas, yaitu: (a)
menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam
kelas, laboratorium, maupun lapangan; (b) melaksanakan pembelajaran yang
mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan
standar keamanan yang dipersyaratkan; (c) menggunakan media pembelajaran dan
sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
Selanjutnya untuk memenuhi kompetensi inti yang ke 3 di atas, perlu dimiliki
kompetensi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
pembelajaran yang diampu.
Pengertian Inovasi Pembelajaran dan
Komponen Yang Perlu Diinovasi
Inovasi secara
umum bermakna pembaharuan. Dalam pembelajaran ada 3 komponen pendukung utama
yaitu siswa, guru dan materi pembelajaran atau bahan ajar.Interaksi ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan komponen yang keempat yaitu proses
pembelajaran. Akhirnya keempat komponen tersebut akan mencerminkan kualitas
pembelajaran.
1. Inovasi Guru
Pada umumnya guru
membelajarkan siswa dengan cara menyampaikan materi pelajaran dari buku-buku
teks. Hal ini ditengarai membuat pembelajaran menjadi tidak menarik. Hanya
sedikit siswa yang tertarik belajar Sains, karena guru menyampaikannya terlalu
akademik. Materi pelajaran Sains biasanya dirasakan terlalu “sulit” bagi siswa
karena penyampaiannya oleh guru sangat “inert”. Dalam hubungan dengan kasus
tersebut apakah inovasi yang perlu dilakukan guru? Suatu tantangan bagi guru
adalah bagaimana membuat Sains menarik dan bagaimana membuat siswa ingin tahu
lebih banyak melalui Sains.
Untuk menjawab
tantangan tersebut hendaknya guru selalu ingat bahwa jiwa Sains adalah inkuiri.
Belajar Sains hanya menarik apabila dapat membuat siswa meningkatkan rasa ingin
tahu (curiosity) lebih banyak melalui
Sains . Peningkatan curiosity siswa dapat meningkat apabila siswa dipandu bekerja
Sains, dan bukan menghafal Sains. Untuk mencapai hal tersebut guru dituntut
mendorong siswa untuk bertanya secara kritis dalam bekerja Sains tersebut.
Kemampuan itu baru dapat tercapai apabila guru berhasil membimbing siswa
melakukan analisis dan sintesis. Dengan pola pembelajaran inovatif yang
dilakukan guru, siswa juga akan mengalami inovasi dalam belajarnya.
2. Inovasi Siswa
Siswa perlu
diinovasi dalam cara belajarnya. Bila biasanya siswa cukup hanya mengumpulkan
pengetahuan dalam pembelajaran, namun belajar masa kini perlu diarahkan untuk
mencapai kompetensi tertentu. Pengumpulan pengetahuan siswa yang paling mudah
dapat dilakukan melalui hafalan. Apabila pencapaian pengumpulan pengetahuan diukur,
biasanya cukup jelas melalui tes tentang konsep-konsep yang dipelajari.
Meskipun siswa dapat lulus dalam tes tersebut, belum tentu ia menguasai
konsep-konsep yang dipelajarinya bila diukur dari segi kinerja. Pengetahuan
tentang banyak konsep sains ternyata tidak cukup. Pencapaian kompetensi sains
siswa baru dapat diukur melalui kinerja siswa atau penerapan konsep-konsep yang
dipelajarinya pada situasi yang berbeda.
Apabila biasanya
aktivitas kelas didominasi oleh aktivitas guru, maka perlu diubah menjadi
didominasi oleh aktivitas siswa. Dari kegiatan menghafal diinovasi menjadi
kegiatan berpikir. Jadi dari belajar menerima perlu diubah menjadi belajar
menemukan. Untuk meningkatkan komunikasi, belajar individual yang biasanya
dilakukan perlu diubah menjadi belajar berkolaborasi.
Kegiatan
pembelajaran perlu diinovasi dengan beberapa indikator yang perlu diganti,
seperti dari menyimak menjadi kegiatan, dari praktikum verifikasi menjadi
praktikum berbasis inkuiri. Apabila biasanya siswa hanya menjawab pertanyaan
guru, maka perlu diubah menjadi bertanya kepada guru dan sesama siswa. Sebagai
akibatnya kegiatan siswa yang biasanya hanya mencatat hal-hal yang disampaikan
guru, perlu diubah menjadi merangkum. Kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas
belajar siswa dari surface learning menjadi
deep learning (Light and Cox,2001).
Dari kegiatan siswa mendengarkan ceramah guru perlu diinovasi menjadi siswa
mempresentasikan apa yang dipelajarinya. Bertolak dari hal-hal tersebut
ciri-ciri proses pembelajaran yang inovatif meliputi menyenangkan, menantang,
aktif, kreatif, mandiri, interaktif dan inspiratif.
Ditinjau dari
segi kompetensi siswa belajar sains, perlu adanya inovasi dari menghafal
konsep-konsep sains menjadi menguasai konsep-konsep sains, yang selanjutnya dikembangkan
menjadi menguasai keterampilan generik sains (Brotosiswoyo, 2000;
Liliasari,2008).
3. Inovasi Bahan Ajar
Pada pembelajaran
gaya lama, bahan ajar meliputi buku teks, Lebar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal. Untuk memenuhi tuntutan inovasi maka bahan
ajar dapat meliputi buku teks, LKS, soal-soal, audio-video, majalah, software
dan perangkat-perangkat lain yang terdapat di lingkungan kehidupan siswa.
Buku teks
merupakan salah satu sumber informasi yang dapat diinovasi dengan buku-buku
teks mutakhir dan bahan-bahan pelajaran yang dicari siswa secara aktif dari
internet. Bahan ini dapat berupa teks dan non teks. Bahan ajar multimedia dapat
berupa software animasi, simulasi, pemodelan, tutorial dan berbagai jenis
software lainnya. Bentuk lain bahan ajar dapat dalam bentuk rekaman
audio/video, software interaktif, journal ilmiah tercetak ataupun elektronik.
Diversifikasi
bahan ajar diperlukan megingat pertambahan jumlah siswa per-kelas yang jumlah
meningkat sangat pesat. Makin banyaknya jumlah siswa menyebabkan aksesnya
terhadap bahan ajar makin terbatas, namun meningkatnya curiosity siswa memerlukan bahan ajar penunjang yang tak terbatas.
Hal ini bukan hanya terbatas pada jumlah dan ragam bahan ajar saja, tetapi juga
perlu ditembus ruang dan waktu. Perpustakaan yang dulu hanya memiliki bahan
ajar tercetak saja, masa kini dengan adanya inovasi pembelajaran memerlukan
adanya bahan ajar yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Bila biasanya
perpustakaan hanya dapat digunakan pada jam buka yang terbatas, misalnya pukul
8.00 -20.00, tuntutan penggunaan bahan ajar dapat diinovasi menjadi 24 jam
setiap hari dengan menggunakan akses internnet. Dengan demikian penyediaan dan
pemanfaatan bahan ajar sudah saatnya tidak dibatasi dengan ruang dan waktu
lagi. Hal ini menuntut adanya perubahan kompetensi siswa maupun guru dalam
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dari segi guru tuntutan
tersebut menyebabkan perlunya dipenuhi persyaratan kompetensi inti penggunaan
TIK oleh guru profesional sebagaimana ditentukan dalam Permendiknas no 16/2007
tentang standar kompetensi guru.
Kompetensi guru
yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK dapat dikembangkan secara bertahap,
dari menggunakan komputer sebagai wahana membaca bahan ajar dan bahan pengayaan
pembelajaran, hingga menggunakan TIK untuk berkomunikasi. Tahap paling
sederhana adalah membuka sumber-sumber belajar untuk dirinya sendiri, yang
berupa bacaan, mulai dari buku teks elektronik, wikipedia, artikel-artikel
jurnal hasil penelitian pendidikan, model-model pembelajaran yang menggunakan
animasi dan interaktif, hingga simulasi laboratorium (Heinich,1996). Tahap
berikutnya adalah menggunakan bahan-bahan ajar tersebut untuk pembelajaran
siswa. Selanjutnya guru akan mencapai tahap berkomunikasi menggunakan bantuan
TIK melalui forum dengan rekan-rekan guru untuk saling berbagi pengetahuan,
membentuk suatu komunitas belajar. Komunitas belajar ini perlu melibatkan dosen
dari universitas sebagai anggota komunitas yang berfungsi menjadi nara sumber.
Komunitas ini menyelenggarakan ICT Based
Lesson Study yang tidak terbatas oleh jarak, ruang dan waktu; jangkauannya
dapat sangat luas menggunakan fasilitas internet. Melalui komunitas belajar
yang dibentuk setiap guru dapat meningkatkan pengetahuannya secara
terus-menerus, sehingga kesenjangan kemampuan guru karena jauhnya dari
informasi dapat dihindarkan. Dalam program ini daerah yang kekurangan guru
dapat ditolong melalui virtual class,
ketika sekolah tersebut terhubung dengan sekolah lain melalui jaringan internet
dengan bantuan alat khusus dan TV. Komunikasi ini dapat diperluas dengan
layanan komunikasi dengan siswa yang tidak dibatasi oleh tatap muka di kelas
dan di sekolah, tetapi dapat pula dilakukan setelah guru dan siswa pulang ke
rumah mereka masing-masing. Bentuk komunikasi ini juga dapat diperluas dengan
komunikasi antara guru dengan orang tua siswa membentuk masyarakat belajar.
4.
Inovasi dalam
Capaian Kompetensi dan Evaluasi Pembelajaran (Asesmen)
Pada umumnya
pembelajaran masa kini lebih menekankan capaian pada efek pembelajaran (instructional effect). Inovasi yang
diperlukan terhadap pandangan ini yaitu perlunya capaian suatu proses
pendidikan pada efek iringan (nurturant
effect) yang cakupannya jauh lebih luas dan menyeluruh dalam rangka
pembentukan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, hasil belajar juga bukan
hanya melibatkan ranah kognitif saja, melainkan juga ranah afektif dan
psikomotorik. Pengembangan ketiga ranah ini perlu berimbang, dan pembelajaran
sains berpotensi besar untuk mencapainya. Di manakah letak
inovasi pembelajaran sains dalam hal ini?
Beberapa Model
Pembelajaran Inovatif
Prof Liliasasi
(2009) juga mengemukakan beberpa model pembelajaran yang inovatif di antaranya:
model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran
tematik, model pembelajaran kreatif-produktif, dan model pembelajaran berpikir
tingkat tinggi. Karakteristik setiap model tersebut akan dipaparkan pada uraian
selanjutnya.
1. Model Pembelajaran Inkuiri
Model
pembelajaran ini menekankan pada hakekat Sains sebagai proses, yaitu inkuiri
sains. Berdasarkan pola pikir tersebut model pembelajaran ini bertujuan
membangun rasa ingin tahu siswa yang pada akhirnya dapat membangun sikap ilmiah
siswa. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana siswa dapat
menyusun dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif.
Inovasi yang perlu dilakukan untuk
mencapai hal tersebut melalui model pembelajaran ini adalah membuat
pembelajaran Sains menantang dan menjadi misteri untuk dipecahkan oleh siswa.
Hal ini membuat model pembelajaran ini berbasis keterampilan bertanya kritis.
Ciri-ciri model
pembelajaran inkuiri:
a.
Menggunakan
keterampilan proses
b.
Jawaban
yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu
c.
Siswa
berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah
d.
Suatu
masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri
e.
Hipotesis
dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau eksperimen.
f.
Para
siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan data,
mengadakan pengamatan, membaca atau menggunakan sumber lain.
g.
Siswa
melakukan penelitian secara individu atau berkelompok untuk mengumpulkan data
yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut.
h.
Siswa
mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan.
Pendekatan inkuiri terbagi
menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau
besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis
pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided
inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan
inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif
dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri
terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar
berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap
awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri
secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep
pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru
harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh
siswa.
2. Inkuiri Bebas (free
inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa
yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat
sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu
keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam
memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan
masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan
cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari
masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan
sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam
kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan
yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks
yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual
mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara
kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual
lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual
tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified
free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi
dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing
dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan
topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang
telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar
dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi
memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan
harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada
siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat
diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam
kelompok lain.
2.
Model
Pembelajaran Kontektual
Berbeda dengan
model pembelajaran inkuiri yang lebih memperhatikan pengembangan konsep Sains
melalui pengembangan ranah kognitif siswa, model pembelajaran kontekstual lebih
bernuansa pengembangan ranah afektif. Model pembelajaran ini berbasis
nilai/norma dan bertolak dari kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian
dapat ditunjukkan melalui model pembelajaran ini eratnya hubungan Sains dengan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Inovasi dalam pembelajaran Sains melalui
pembelajaran kontekstual yaitu meninjau Sains dari sisi nilai-nilai Sains,
yaitu Sains sebagai aplikasi. Dalam hal ini pesan yang dititipkan melalui
pembelajaran Sains adalah bahwa aplikasi sains harus untuk kesejahteraan hidup
manusia dan alamnya, menghindarkan bahaya/ efek sampingan sains yang berdampak
buruk bagi kehidupan. Bertolak dari pandangan ini maka pembelajaran sains juga
dapat dimanfaatkan untuk membekali siswa yang melanjutkan studi di bidang
non-sains. Dengan adanya penekanan pada aplikasi sains dalam kehidupan
sehari-hari, diharapkan pembelajaran kontektual ini dititipi untuk
mengembangkan muatan lokal.
3. Model Pembelajaran Tematik
Model
pembelajaran ini memiliki kesesuaian dengan model pembelajaran kontektual,
yaitu berbasis tema dalam kehidupan sehari-hari. Model ini dipilih untuk
menghilangkan kesan disiplin-disiplin Sains yang kokoh dan tidak berhubungan
satu dengan lainnya. Hal itu menunjukkan arogansi pada setiap disiplin sains.
Padahal sesungguhnya ada 6 tema umum dalam pembelajaran Sains, yang menembus
antar disiplin sains, yaitu: sistem, model, kekekalan, pola perubahan, skala,
dan evolusi.
Melalui model
pembelajaran tematik akan tergambar keterhubungan berbagai mata pelajaran. Hal
ini menunjukkan inovasi adanya kesadaran akan kesatuan Sains dan hubungannya
dengan banyak mata pelajaran lain. Jadi penggunaan model pembelajaran tematik
ini selalu menggunakan pendekatan hand-on dan minds-on yang lebih konkret bagi
siswa. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan belajar Sains oleh banyaknya
hubungan dengan mata pelajaran-mata pelajaran lain. Untuk menemukan banyak
hubungan ini kekuatan pembelajaran tematik adalah tidak terbatas pada jam
pelajaran saja, melainkan dapat berlanjut di luar jam pelajaran tanpa menjadi
beban bagi siswa.
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa, Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi
pembicaraan, Dengan tema diharapkan akan memberikan keuntungan, diantaranya :
- Siswa mudah memusatkan
perhatian pada suatu tema tertentu.
- Siswa mampu mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata
pelajaran dalam tema yang sama.
- Pemahaman terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
- Kompetensi dasar dapat
dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi siswa.
- Siswa mampu lebih merasakan
manfaat dan maka belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang
jelas.
- Siswa lebih bergairah belajar
karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk memgembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran
lain.
- Guru dapat menghemat waktu
karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus
diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan selebihnya dapat
digunakan untuk kegiatan remedial dan pengayaan.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran
tematik
Menurut Kunandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu :
Menurut Kunandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu :
- Menyenangkan karena berangkat
dari minat dan kebutuhan peserta didik.
- Memberikan pengalaman dan
kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
- Hasil belajar dapat bertahan
lama karena lebih berkesan dan bermakna.
- Mengembangkan keterampilan
berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
- Menumbuhkan keterampilan sosial
melalui kerja sama.
- Memiliki sikap toleransi
komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
- Menyajikan kegiatan yang
bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan
peserta didik.
Selain memiliki kelebihan pembelajaran
tematik juga memilki kelemahan, adapun kelemahan pembelajaran tematik terjadi
jika dilakukan oleh guru tunggal, Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai
secara mendalam penjabaran tema sehingga pembelajaran tematik akan terasa sulit
untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran.
4. Model Pembelajaran Kreatif-Produktif
Model
pembelajaran ini merupakan modifikasi dari siklus belajar berbasis
konstruktivisme. Model pembelajaran ini
sesungguhnya menerapkan teori Piaget yaitu model asimilasi dan akomodasi
dalam pembentukan struktur kognitif siswa.
Pada model siklus
belajar tahap-tahap pembelajaran meliputi tahap orientasi, pengenalan konsep
dan aplikasi konsep, lebih mengarahkan pada pembentukan konsep-konsep Sains
dengan efek iringan berpikir kritis. Untuk mengembangkan berpikir kreatif maka
dilakukan modifikasi tahap ke tiga dari siklus belajar menjadi 2 tahap, yaitu
tahap interpretasi konsep-konsep sains dan re-kreasi aplikasi konsep-konsep
sains. Dengan adanya modifikasi ini, selain berpikir kritis dikuasai siswa
sebagai efek iringan pembelajaran; juga akan diperoleh efek iringan lain, yaitu
berpikir kreatif. Keuntungan lain yang diperoleh melalui model pembelajaran
kreatif-produktif adalah efisiensi waktu belajar siswa di kelas, karena
tugas-tugas dapat dilakukan di luar kelas.
Pembelajaran
kreatif produktif ini berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar :
- Keterlibatan
siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran
- Siswa didorong
untuk menemukan / mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui
penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi,diskusi
atau percobaan
- Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas
bersama
- Untuk menjadi
kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias serta
percaya diri
Pembelajaran
ini bertujuan untuk :
- Memahamkan
konsep terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu.
- Mampu menerapkan
konsep / memecahkan masalah
- Mampu
mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut
5. Model Pembelajaran Berpikir Tingkat
Tinggi
Model
pembelajaran ini merupakan kulminasi dari berbagai inovasi dalam pembelajaran.
Melalui model pembelajaran ini Sains hanyalah sebagai wahana untuk meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Berpikir tingkat tinggi perlu
dijadikan efek iringan pembelajaran yang menjadi tujuan utama pembentukan
manusia Indonesia yang tangguh dalam kompetisi global.
Dalam merumuskan model pembelajaran
berpikir tingkat tinggi, tidak cukup siswa hanya berpikir melalui Sains,
melainkan siswa terutama mengembangkan keterampilan berpikir sains; yaitu
keterampilan generik sains. Keterampilan ini meliputi: (a) pengamatan langsung
dan tak langsung; (b) kesadaran akan skala besaran; (c) bahasa simbolik; (d)
kerangka logika taat azas hukum alam; (e) inferensi logika; (f) hubungan
kausal; (g) pemodelan matematik; (h) membangun konsep; dan (i) tilikan ruang
(Brotosiswoyo, 2000). Melalui model-model pembelajaran berbasis TIK
keterampilan generik sains dan berpikir tingkat tinggi berhasil dikembangkan
(Liliasari et al, 2008).
Dalam menentukan model-model pembelajaran
yang dipilih, perlu diperhatikan kesesuaian karakteristik model dengan materi
Sains yang akan dibelajarkan dan tujuan
pembelajaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ceptea. 2008. Pembelajaran kreatif produktif,
(Online), (http://kreatifproduktif-blog.blogspot.com,
diakses tanggal 3 Maret 2011).
Dwiyanti, Gebi. Model
Pembelajaran Inkuiri, (Online), (http://file.upi.edu,
diakses tanggal 3 Maret 2011).
Hakim, Imron dan Loman Bolam. 2009.
Profesi Kependidikan. Palembang: FKIP
Unsri.
Komunitas
Bathara Guru Pemalang. Kompetensi
Profesionalisme Guru, (Online), ( http://www.facebook.com/topic.php?uid=148973491127&topic=11321,
diakses tanggal 3 Maret 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar