A. Pendahuluan
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah
lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan
selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran
bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di
alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan
pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan,
senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid
di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu
pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai
sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid
sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli
pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan
dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral
untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom
nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan.
Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai
variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling
sulit.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari
sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan
alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid
jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi
utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara
suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid.
Sejarah alkaloid hampir
setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung
alkaloid dalam minuman, kedokteran, the, tuan atau tapal, dan racun selama 4000
tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan
hingga permulaan abad ke sembilan belas. Obat-obatan pertama yang diketemukan
secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah
digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai
analgesik maupun narkotik telah diketahui.
Pada tahun 1803, Derosne
mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner
pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat
berhasil mengisolasi morfin. tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan
Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian di bidang kimia
alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat
tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin,
dan Kolkhisin. tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga
memperoleh Koniin suatu alkaloid yang memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid
tersebut tidak hanya yang bertanggung jawab atas kematian Socrates akibat dari
hisapan udara yang beracun, tetapi karena struktur molekulnya yang sederhana.
Koniin merupakan alkaloid pertama yang ditentukan sifat-sifatnya (1870) dan
yang pertama disintesis (1886). Selama tahun 1884 telah ditemukan paling
sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona. Kompleksitas alkaloid merupakan
penghalang elusidasi struktur molekul selama abad ke sembilan belas bahkan pada
awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh adalah Stikhnin yang ditemukan pertama
kali oleh Pelletier dan Caventon pada tahun 1819 dan struktur akhirnya dapat
ditentukan oleh Robinson dan kawan-kawan pada tahun 1946 setelah melakukan
pekerjaan kimia yang ekstra sukar selama hampir 140 tahun.
Tahun 1939 hampir 300
alkaloida telah diisolasi dan ± 200 telah ditentukan struktur. Dalam seri
Alkaloida yang diterbitkan pertama oleh Manske pada 1950 memuat lebih 1000
alkaloida.Dikenalnya teknik sistem analisis kromatografi preparatif dan
instrumen canggih maka penemuan alkaloida meningkat cepat-nya. Buku terbitan
1973 mencatat 4959 alkaloida dapat diisolasi dan 3293 ditentukan strukturnya.
Perkembang Ilmu Pengetahuan dengan penemuan berbagai macam kromatografi dan
instrumen spektroskopii dengan sistem komputerisasi maka isolasi dan penentuan
struktur alkaloida sudah tidak terbilang lagi
Hingga sekarang dikenal
sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam,
sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid adalah
suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk
tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang
sedikit.
Dalam Meyer’s
Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi
secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan
kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan
nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya
yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron
bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang
elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa
sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid
akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas
biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan
serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya
hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa
kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung
satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata,
1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan
higrina. Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga
mempunyai sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit,
reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia,
kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan,
1969).
Alkaloid telah dikenal
selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh
fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi
fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):
1.Alkaloid berfungsi
sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah
satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid
mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid
ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat
kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus,
alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini
tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat
‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat
berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang
lainnya menghambat.
5. Semula disarankan
oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat
mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Perlu dicatat bahwa
selama kimia organik berkembang pesat selama periode tersebut, menjadi ilmu
pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha pengembangan dalam kimia bahan alam
tumbuh sejalan, banyak reaksi yang sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia
organik adalah hasil penemuan pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa
bahan alam.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak
organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar
biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh
alkaloid.
Awal alkaloida diketahui
hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama tumbuhan berbunga, Angiospermae.
Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan, serangga, biota laut, mikroorganisme
dan tumbuhan rendah. Contoh : Sebangsa rusa (muskopiridina), sejenis musang
Kanada (kastoramina).
Alkaloida sebagian besar dalam
tumbuhan ber-bunga. Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan
Keluarga (Famili) atau Marga (Genus). Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60
Bangsa (Ordo) dan ± 34 mengandung alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung
sedikitnya satu alkaloida, hanya 8,7% pada sekitar 10.000 Marga. Keluarga
mengandung alkaloida: Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga
beberapa Marga mengandung alkaloida dan lainnya tidak, ada Marga sama
mengandung alkaloida sama juga dari Keluarga lain. Contoh : hiosiamin terdapat
dalam 7 Marga yang berbeda dari Keluarga Solanaceae, sedang vindolin dan morfin
terda-pat terbatas hanya beberapa jenis tumbuhan dari Marga yang sama.
Alkaloida adalah senyawa yang
mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan
bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya,
dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan.
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar
secara terbatas pada tumbuhan.Alkaloid kebanyakan ditemukan pada
Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae. Senyawa ini
cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia yang sangat berbeda
satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok.
Istilah "alkaloid" (berarti "mirip
alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai
oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang
apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi
tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina).
Alkaloid adalah Kelompok senyawa
yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid
mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya
beracun, jadi banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya
tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi
hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamarPada umumnya, alkaloid tidak
sering terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.Suatu
Alkaloid merupakan senyawa
organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya maupun
sebarannya.Berikut berbagai definisi menurut:
- Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan
sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen
berasal dari tumbuan dan hewan.
- Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak
satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah
senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat
aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka
ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan
tubuh sampai toksik.Satu contoh yang sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat
menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah
tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin
B. Tata
Nama Senyawa Alkaloid
Alkaloida tidak mempunyai tatanama
sistematik. Oleh karena itu suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial,
misalnya kuinin,morfin, dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida.
Berikut ini
beberapa contoh dari alkaloid:
Ø Contoh
rumus bangun untuk golongan purin:
Ø
Rumus bangun untuk golongan pirolidin
Ø Rumus
bangun untuk golongan pyridine
Alkaloid secara umum mengandung
paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian
dari cincin heterosiklik. Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar
polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen
yang tidak terlalu bervariasi. Atom
nitrogen alkaloida hampir selalu berasal dalam bentuk gugus amin (-NR2)
atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro
(NO2) atau gugus diazo. Sedang subtituen oksigen biasanya hanya
ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH3) atau gugus
metilendioksi (-O-CH2-O). Subtituen-subtituen oksigen ini dan gugus
N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloida.
Pada
alkaloida aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada senyawa
–senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau para dan
meta dari cincin aromatic.
Penamaan
Alkaloida
Ø
Beberapa
penamaan alkaloid berdasarkan family/keluarga/genus dimana mereka ditemukan.
Contoh Papavarine, Punarnavin,ephidrin
Ø
Berdasarkan
spesies tumbuh asal. Contoh kokain, beladonin
Ø
Berdasarkan
nama umum tumbuhan penghasil. Contohnya
alkaloid ergot
Ø
Berdasarkan
aktivitas fisik contohnya morfin yang dikenal dengan tanaman Dewa dari Mimpi. Emitin yang berarti muntahan menurut penemu.
Ø
Peletierine
yang merupakan gugus yang ditemukan oleh P.J Peletier
Ø
Ada
beberapa nama dengan penambahan prefiks pada penamaan alkanoid. Contohnya epi,
iso, neo, pseodo, nor, CH
C. Sifat-Sifat
Alkaloid
Beberapa sifat dari alkaloid yaitu :
1.
Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino dan golongan heterogen.
2. Umumnya berupa
Kristal atau serbuk amorf.
3. Alkaloid yang
berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4.
Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam
bentuk garamnya.
5. Umumnya mempunyai
rasa yang pahit.
6. sering beracun.
7. bersifat optis aktif
dan berupa sistim siklik
8.
Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative nonpolar.
9. Alkaloid dalam bentuk
garamnya mudah larut dalam air.
10. Alkaloid bebas
bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada atom N-nya.
11. biasanya banyak
digunakan dibidang farmasi.
12. sampel yang
mengandung alkaloid setelah drx akan berwarna merah.
1.
Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N.
Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya
bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal
tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.
Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin
berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
2.
Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung
pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus
alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat
basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin
lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan
bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan
elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral
atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau
setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik
(tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada
dalam bentuk garamnya.
D. Penggolongan
Alkaloid
Alkaloida tidak
mempunyai tatanan sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan
dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan strikhnin. Hampir semua nama
trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida. Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan
berdasarkan beberapa cara, yaitu : (2,5)
1.
Berdasarkan jenis cincin heterosiklik
nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut,
maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin,
alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida
indol.
2. Berdasarkan jenis
tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis
alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan
cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida
tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara
ini mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan
tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan
asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara
berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin
heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal
hanya dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka
alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :
a. Alkaloida alisiklik
yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.
Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan
3,4-dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik
jenis indol yang berasal dari triptofan.
4. Sistem klasifikasi
berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima,
dimana alkaloida dikelompokkan atas :
a. Alkaloida
sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa
tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali
bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik,
diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman
sebagai garam asam organik. Beberapa
pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat
yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida
quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
b. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang
relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin
heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok
ini.
c. Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari
prekusor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida
yang penting dalam kelompok ini yaitu steroidal dan purin. Berikut ini adalah
pengelompokan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau struktur intinya yang
khas, dimana pengelompokkan dengan cara ini juga secara luas digunakan :
1. Inti
Piridin-Piperidin, misalnya lobelin, nikotin, konini dan trigonelin
2. Inti
Tropan, misalnya hiosiamin, atropine, kokain.
3. Inti
Kuinolin, misalnya kinin, kinidin
4. Inti
Isokuinolin, misalnya papaverin, narsein
5. Inti
Indol, misalnya ergometrin dan viblastin.
6. Inti
Imidazol, misalnya pilokarpin.
7. Inti
Steroid, misalnya solanidin dan konesin.
8.
Inti Purin, misalnya kofein.
9.
Amin Alkaloid, misalnya efedrin dan
kolsikin
Alkaloid biasanya
diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors),didasari
dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk
molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid
digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak
mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir.
sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau
menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah
alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid dirubah menurut hasil
pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting secara biologi yang
mencolok dalam proses sintesisnya.
Ø Golongan Pyridine: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Pyridine adalah
sederhana aromatik heterocyclic senyawa organik dengan rumus kimia C5H5N digunakan sebagai pelopor ke Agrokimia dan obat-obatan, dan juga penting sebagai larutan dan reagen. Hal ini terkait dengan struktur benzena,
dimana CH diganti dengan atom nitrogen.
Strukturnya:
Pirolidina, juga
dikenal sebagai tetrahidropirola, merupakan senyawa
organik dengan rumus kimia
C4H9N. Ia merupakan senyawa amina siklik dengan cincin beranggota lima yang
terdiri dari empat atom karbon dan satu atom nitrogen. Ia berupa cairan bening dengan aroma tidak sedap
seperti amonia.
Pirolidina ditemukan secara alami pada daun tembakau dan wortel. Struktur cincin pirolidina dapat ditemukan pada
banyak alkaloid alami, seperti nikotina dan higrina. Ia juga dapat
ditemukan pada banyak obat-obatan farmasi seperti prosiklidina dan bepridil. Ia juga menjadi dasar
senyawa rasetam (misalnya pirasetam dan anirasetam).
Ø Golongan Quinoline: kinina, quinidine, dihydroquinine, dihydroquinidine, strychnine, brucine, veratrine, cevadine
Ø Golongan Isoquinoline: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine
Purine adalah
senyawa organic kompleks aromatik heterocyclic, yang terdiri dari cincin pyrimidine yang tergabung ke sebuah cincin imidazole.
Struktur Purine:
Struktur Kafeine
- Alkaloid
Aconitum: aconitine
- Alkaloid
Steroid
(yang bertulang punggung steroid pada struktur yang bernitrogen):
- Solanum
(contoh: kentang dan alkaloid tomat) (solanidine,
solanine,
chaconine)
- Alkaloid
Veratrum (veratramine, cyclopamine, cycloposine, jervine,
muldamine)
- Alkaloid
Salamander berapi (samandarin)
- lainnya:
conessine
Struktur
Terpenoida:
Hingga kini belum ada pendefinisian tunggal dan
penggolongan yang jelas dari alkaloid. Dalam bukunya, Matsjeh (2002)
menerangkan beberapa klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu berdasarkan lokasi
atom nitrogen di dalam struktur alkaloid dan berdasarkan asal mula kejadiannya
(biosintesis) dan hubungannya dengan asam amino. Berdasarkan lokasi atom
nitrogen di dalam struktur alkaloid, alkaloid dapat dibagi atas 5 golongan:
Alkaloid
heterosiklis
Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina
alifatis
Alkaloid
putressina, spermidina, dan spermina
Alkaloid
peptida
Alkaloid
terpena
Dari lima golongan
di atas, alkaloid heterosiklis adalah sangat terbesar dan yang terkecil adalah
alkaloid alkaloid putressina, spermidina, dan spermina. Ini dapat dilihat dari
jumlah anggota dari masing-masing golongan seperti diterangkan di bawah ini:
1. Alkaloid
heterosiklis, merupakan alkaloid dengan atom nitrogennya terdapat dalam cincin
heterosiklis. Alkaloid heterosiklis dibagi menjadi:
- Alkaloid
pirolidin
- Alkaloid indol
- Alkaloid
piperidin
- Alkaloid
piridin
- Alkaloid tropan dan basa yang berhubungan
- Alkaloid
histamin, imidazol dan guanidine
- Alkaloid isokuinolin
- Alkaloid kuinolin
- Alkaloid akridin
- Alkaloid kuinazolin
- Alkaloid izidin
- Alkaloid
dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis
2. Alkaloid dengan nitrogen aksosiklis dan amina alifatis
a. Eritrofleum
b. Fenilalkilamina
c. Kapsaisin
d. Alkaloid
dari jenis kolkina
3. Alkaloid putressina, spermidina, dan spermina
4. Alkaloid peptida
5. Alkaloid terpena dan steroid
Sedangkan berdasarkan asal mulanya
(biogenesis) dan hubungannya
dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) True alkaloid, (2) Proto alkaloid, dan (3) Pseudo alkaloid(seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).
dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) True alkaloid, (2) Proto alkaloid, dan (3) Pseudo alkaloid(seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).
Sedangkan beberapa ahli mengklasifikasikan alkaloid
sebagai berikut
Klasifikasi
alkaloid
- Berdasarkan taksonomi
Berdasarkan taksonomi seperti Solanaceaos,
papilionaceae tanpa keterangan dari sifat kimianya
- Berdasarkan
Biosintesis
Pengelompokan
alkaloid berdasarkan biosintesis didasarkan oleh typeprekursor atau senyawa
pembangun yang digunaan tumbuh-tumbuhan untukmensintesis struktur kompleks.
Contoh Morphine, Papaverine, nicotine, tubocurarin dan calchicins dalam
penilalanin dan basa tirosin
- Berdasrkan
klasifikasi kimia
Pengelompokakn ini didasari oleh struktur cincin
1.nonheterosiklik alkaloid
herodinine (Horedeum Vulgare) Ephedrine (Ephendragerardiana), gentaeceae
2.heterosiklik alkaloida
a. pyrole-pyrrolidin
hygrinesCoca
sp
b.pyrrolizine
seneciphylline,
Senecia sp
c. pyudrin dan piperidine
Lobaline,piperidine.
Ricinine
d.
piperidine(triptofan)
hyoscyomine,
Atropine Hyoscine-Solanceae Cocan sp
e. Quinoline
Quinine, quinidine (Cinchona bark)
Cinchonime. Cinchonidine dan Cusparin
f. Iso – quinolin
Papavarine,
NArceine Emitine dan Cephalin
g.Reduce isoquinoline
Baldine
(Peumus Baldus)
h.Nur lupinane
Spartine,luponine
i. Indole alkaloida
Yohimbine, Vincristin dan lain-lain
E. Isolasi Alkaloid
Satu-satunya sifat
kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan
pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan pendekatan khusus harus
dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina,
risinina) yang tidak
bersifat basa. Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik
yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
1. Dengan menarik
menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu alkaloida
disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan dengan azas
Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam,
dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu
ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang
bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya
Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang
masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut
dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan
sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa
dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka
harus dimurnikan lagi dengan pereaksi
tertentu. Diekstraksi lagi dengan
kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur
maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk
murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk
tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus diperhatikan
pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :
a. Basa yang
ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari
ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.
b. Basa yang dipakai
tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya kurang stabil. Pada pH
tinggi ada kemungkinan akan terurai, terutama dalam keadaan bebas, terlebih
bila alkaloida tersebut dalam bentuk ester, misalnya : Alkaloid Secale, Hyoscyamin
dan Atropin.
c. Setelah bebas,
alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung kelarutannya
dalam pelarut organik tersebut. Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara
mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan
alkaloid
sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat
dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi
dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi
sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan
panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara
penyulingan uap dari larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat
asam danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan
pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air
tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari
larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian
alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer
atau Garam Reinecke dan kemudian endapan
dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul
pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang
tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya
barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika
diperlakukan dengan asam.
` 2.
Pemurnian alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan pertukaran
ion.
3. Menyekat melalui
kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.
Cara kedua dan ketiga
merupakan cara yang paling umum dan cocok untuk memisahkan campuran alkaloid.
Tata kerja untuk mengisolasi dan mengidentifikasi alkaloid yang terdapat dalam bahan
tumbuhan yang jumlahnya dalam skala milligram menggunakan gabungan kromatografi
kolom memakai alumina dan kromatografi kertas.
F.
Identifikasi Senyawa Alkaloid
1. Berdasarkan sifat spesifik.
Alkaloid
dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat membentuk endapan yang
larut dalam alkohol berlebih. Protein juga memberikan endapan, tetapi tidak
larut dalam dalam alcohol berlebih.
2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan
Alkaloid sebagai basanya
tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik dalam air. Sebaiknya pelarut
yang digunakan adalah pelarut organik : eter dan kloroform. Pengocokan dilakukan
pada pH : 2, 7, 10 dan 14.Sebelum pengocokan, larutan harus dibasakan dulu,
biasanya menggunakan natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang digunakan
natrium karbonat dan kalsium hidroksida.
3. Reaksi Gugus Fungsionil
a. Gugus Amin Sekunder
Reaksi
SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.
nitroprussida
= biru-ungu.
Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan
Cystisin.
Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin,
Colchisin dan Physostigmin.
b. Gugus Metoksi
Larutan
dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid, dinyatakan dengan
reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium
Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.
Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin,
Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.
c. Gugus Alkohol Sekunder
Reaksi SANCHES :
Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat, dipanaskan diatas tangas air
= merah-ungu.Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin,
Dionin, dan Parakonidin.
d. . Gugus Formilen
· Reaksi WEBER & TOLLENS :
Alkaloida
+ larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1),
panaskan
= merah.
· Reaksi LABAT :
Alkaloida
+ Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru.
Hasil
positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin, narkotin,
dan Piperin.
e. Gugus Benzoil
Reaksi
bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.
Hasil
positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.
f. Reaksi GUERRT
Alkaloida
didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.
Hasil
positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta
eukain, dan lain-lain.
g. Reduksi Semu
Alkaloida
klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam raksa.
Raksa
(II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai kompleks.
Hasil
positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin, dan
lain-lain.
h. Gugus Kromofor
· Reaksi KING :
Alkaloida
+ 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium Hidroksida = merah intensif.
Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
· Reaksi SANCHEZ :
Alkaloida
+ p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida) =
ungu kemudian jingga. Hasil positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain,
Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
4. Pereaksi untuk analisa lainnya
a. Iodium-asam hidroklorida
Merupakan
pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk pereaksi penyemprot pada
lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dimana akan memberikan hasil dengan noda
ungu-biru sampai coklat merah.
b. Iodoplatinat
Pereaksi
untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot pada lempeng KLT dimana
hasilnya alkaloid akan tampak sebagai noda ungu sampai biru-kelabu.
c. Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)
Merupakan
pereaksi pengendap untuk alkaloid.
G. Kegunaan Alkaloida
Alkaloida telah dikenal
selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh
fisiologisnya terhadap binatangmenyusui dan pemakainnya di bidang farmasi,
tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa mendapat
mengenai kemungkinan perannya ialah sebagai berikut :
- Salah satu pendapat yang
dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi, ialah bahwa alkaloid
berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
- Beberapa alkaloid mungkin
bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid
ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat
kekurangan nitrogen.
- Pada beberapa kasus, alkaloid
dapat melindungi tumbuhan dariserangan parasit atau pemangsa tumbuhan.
Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak
dikemukakan, ini barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat
“manusia sentries”.
- Alkaloid dapat berlaku sebagai
pengatur tumbuh karena segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai
pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang perkecambahan, yang lainnya
menghambat.
- Semula disarankan oleh Liebig
bahwa alkaloid, karena sebagian bersifat basa, dapat mengganti basa
mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan
dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pelolohan nikotina ke dalam
biakan akar tembakau meningkatkan ambilan nitrat. Alkaloid dapat pula
berfungsi dengan cara pertukaran dengan kation tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Linda Sutriani, Wahyu, S.Ked, http://medicafarma.blogspot.com/2009/01/berawal-dari-persamaan-tujuan-untuk.html, diakses 30 April 2012
Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan
Alkaloida. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf. diakses 30 April 2012
Anonim. 1982. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Trevor Robinson. 2000.
Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung.
Anonim. 1970. Galenika
I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.
Egon Stahl. 1985. Analisis
obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerbit ITB. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar