Powered By Blogger

Minggu, 30 September 2012

Halal Bihalal


Hi ~~ ^^
Happy Chuseok everyone~­

                                                     Super Junior Happy chuseok~~~ 

Tomorrow will be my first day of PPL, SMP N 9 Palembang I’ll rock you up kkkk
Hari ini uny datang ke acara halal bihalal angkatan 2012, nothing special just new faces and found my self as old girl kkkk. But something disturb my mind, “Motivasi Budi”!!!  motivasi inilah yang mampu membuat dia bertahan di FKIP KIMIA dengan menyandang Brightest Mind. I adore him and also proud of him, dengan latar belakang kesederhanaan dia, dia memiliki prinsip hidup dan kemauan yang tinggi T^T not like me which is wasting my time with sleep, watch, and gossip.

So what is “Motivasi Budi”,  LOVE!!!!! Motivasi dia masuk kimia karena kecintaannya kepada Allah swt, dia masuk fkip kimia karena dia mencintai Allah swt (Subhhanallah). He told us,  he loved chemistry because CHEMISTRY can answer all in this world, he gave example : “Berdasarkan Alquran  orang-orang yang masuk surga akan memiliki keringat yang subhannallah wangi, sebenarnya hal ini bisa dijelaskan secara kimia. Keringat kita sebenarnya mengandung Asam Karboksilat yang apabila bereaksi dengan alcohol akan menghasilkan Ester. Salah satu sifat khas ester adalah memiliki aroma yang khas a.ka wangi” He’s so smart to explain chemistry in daily life and link it to Allah. Budi juga ngasih nasehat sama adek tingkat “BELAJARLAH DENGAN SEPENUH HATI”  he added contoh realnya, banyak kok mahasiswa-mahasiswa yang jauh-jauh datang ke kampus Cuma buat ngobrol, duduk, nyatat pelajaran terus pulang, kegiatan tersebut terus berulang-ulang. Tapi apa yang didapat?? CAPEK + NILAI KRS !!!! nilai krs hanya salah satu saksi buta dari proses “Belajar” yang dilakukan, coba jika diuji kembali tentang mata kuliah semester kemaren? Mungkin mereka sudah tidak ingat lagi (YUP he’s right) #Jleb. Somehow he realized me that what I’ve done is wasting my time ==”
Sebenarnya uny sudah tahu kok  “melakukan dengan sepenuh hati”  itu salah satu resep ampuh untuk membuat semua pekerjaan yang kita lakukan Insya Allah akan lancar. Kalian sudah pernah nonton Osen sama Bambino, osen san yang begitu mencintai dan menghargai makanan dapat membuat banyak makanan yang enak  dan terus meneruskan Osen yang dia miliki walaupun banyak rintangan. Bambi yang tahan di pukul, dimaki dan dikucilkan tetap akan selalu bangun karena kecintaannya terhadap memasak. LALU ADA APA DENGAN SAYA????

Uny yang memang tidak pernah menyukai menjadi guru apalagi guru kimia, akan selalu jatuh dan sulit untuk bangkit. BULLSHIT!!!!!!!!  MOM IF YOU READ MY BLOG READ THIS!!!!! Mom, dad YOU KILL MY DREAM!!!!!!!! Both of you ald knew what I dream of since senior high school and you kill me with your ego!! You  made me hate this world!!! I DON’T LIKE BEING A TEACHER!!!!! IT’S SUFFOCATING!!! AN EMPTY DREAM IS LIKE A POISON TO MYSELF!!! AND THE ONE WHO SHOULD BE BLAMED IS MY SELF WHO CHOOSE YOUR DREAM!!! DUMBEST!!!
Okay now the problem is how to rise my love in chemistry? How to rise my love for students? What should I do now is do my best and TRYING TO LOVE my work.

Ah right!! Next topic hari ini unig kena cetar ama yosua anak 2011 kkk well we never seen him before that’s why it made her so curious, sumpah kocak banget dah rayuan unig MANTAB kkk si yosua sampe’ merah merona XD

                                                       Yosua dan Mbak Ayu berfoto bersama XD

Okay done for today ^^~~ wish me luck tomorrow!! UNY FIGHTING!! HALSU ISSEOYO!!!

Jumat, 28 September 2012

My Old Blog....

Odd kkkk
                i ald loved to write diary since elementary school, all things that i wrote is about my deep feelings that i couldn't tell to everyone :p i have many diary books but i burned almost all of them, well you can call it as pain therapy (i'm trying to forget all my hurts feeling).
                i also made many blog acc, but i forgot the password and also one of them susspended (damn you WP!!). last night i was googling about my self (narcisst :p) and SURPRISE i found my old blog,  i read all of them and shamed on my self fufufufufu, for u who want to read my old blog u can go here MY PLAYLIST LIFE , please don't get any puke kkk i was a kid !!! XD


Standar Proses Pendidikan


            NAME                       : YUNI WIJAYANTI
            NIM                : 06091010016
STANDAR PROSES
            Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Bab I pasal 1, standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengam pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
PP No. 19, Bab IV, pasal 19 ayat (1) menyatakan:
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”
Proses pembelajaran yang dituntut oleh Standar Naisonal Pendidikan (SNP) adalah proses pembelajaran yang interaktif. Proses ini memungkinkan peserta didik dan pendidikan membentuk hubungan kemitraan pada lingkungan belajar. Hubungan yang seperti itu memberikan peluang kepada pendidik dan peserta didik untuk saling memberi dan menerima. Dengan demikian terjadi pergeseran pola pembelajaran dari komunikasi satu arah menjadi komunikasi dua arah atau multi arah antara pendidik dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik yang lain.
Begitu pula halnya pembelajaran inspiratif, yakni pembelajaran yang meimbulkan dan menbangkitkan inspirasi peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan, pembelejaran yang membebaskan peserta didik dari rasa tertekan, rasa terpaksa, dan rasa tersisksa. Pembelajaran yang menantang, menggugah peserta didik untuk berani menghadapi kenyataan-kenyataan dan kendala-kendala dalam belajar. Pembelajaran yang memotivasi, pembelajaran yang memberi dorongan kepada peserta didik. Semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta aktif, prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik.
Pada pasal 19, ayat (3) dan pasal 20 dinyatakan,
”Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,  penilaian hasil belajar, dan pengawasan  proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus da rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.”
Perencanaan (silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran – RPP) merupakan persyaratan untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan acuan stándar proses di atas. Proses pembelajaran diawali dengan  penyusunan silabus dan RPP. Silabus ádalah jabaran dari daftar standar kompetensi. Pembedahan daftar standar kompetensi merupakan pekerjaan paling penting yang harus dilakukan. Setelah pembedahan, disusun silabus sesuai dengan kebutuhan. Dari silabus disusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana inilah yang menjadikan proses pembelajaran terlaksana seperti yang diacu oleh staándar proses di atas.
Salah satu karakateristik kurikulum berbasis kompetensi adalah memberikan pelayanan optimal kepada semua peserta didik secara adil dan merata. Di dalam satu kelompok belajar atau rombongan belajar terdapat berbagai jenis peserta didik. Ada perserta didik yang berkemampuan tinggi, berkemmapuan menengah, dan berkemmapuan rendah. Semua peserta didik harus mendapat pelayanan yang optimal dan adil dalam pembelajaran. Untuk mewujudkan itu, digunakan motto, “pembelajaran klasikal, pelayanan individual”. Dengan motto itu, perhatian pendidik dalam pembelajaran bukan lagi kepada kelas, melainkan lepada setiap individu yang ada di dalam kelas itu.
Untuk memberikan pelayanan optimal dan adil itulah dipersyaratkan agar guru membuat perencanaan yang aplikatif, berdaya guna, dan berhasil guna. Perencanaan seperti itu hanya akan dapat disusun oleh guru-guru yang benar-benar mampu membedah daftar stándar komepetensi, menguasai materi, menguasai berbagai metode dan penilaian, memiliki komitmen, dan memiliki disiplin dalam bekerja.

Komponen RPP :
1. Identitas mata pelajaran , satuan pendidikan, kelas, semester, rogram/program keahlian, mata pelajaran/tema, jumlah pertemuan/pertemuan ke ...
2. Tujuan pembelajaran sesuai KD
3. Indikator pencapaian kompetensi :
a. Dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur
b. Mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
4. Alokasi waktu yang diperlukan untuk pencapaian KD sesuai dengan beban belajar.
5. Rincian materi pembelajaran :
a. Berisi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur relevan, dipilah, diklasifikasi, dan atau dikelompokkan sebagai bahan/isi dalam kegiatan pembelajaran
b. Ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator  pencapaian kompetensi
6. Kemampuan awal dan karakteristik peserta didik.
a. Identifikasi kemampuan peserta didik : pengetahuan yang telah dikuasai, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Identifikasi karakteristik peserta didik; usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, tingkat intelektual dan emosional, latar belakang budaya dan tata nilai, gaya belajar, kelebihan atau keunggulan, kebutuhan khusus, riwayat kesehatan.
7. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan : kegiatan awal, membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik agar siap terlibat aktif dalam proses pembelajaran
b. Inti : proses pembelajaran untuk mencapai KD. Dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
c. Penutup : mengakhiri aktivitas pembelajaran ; rangkuman/kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, perlakuan tindak lanjut.
8. Media, alat, dan sarana prasarana pembelajaran : digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, meliputi elektronik dan nonelektronik sesuai dengan SK dan KD, sertaStandar Sarana Prasarana.
9. Prosedur dan instrumen penilaian sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi
10. Buku teks pelajaran, referensi, dan sumber belajar lain yang relevan dengan SK danKD.
Pada pasal 21 ayat 1 menyatakan:
“Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik.”
Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran antara lain:
a. Jumlah maksimal peserta didik adalah 32 peserta didik per kelas;
b. Rasio minimal jumlah peserta didik terhadap guru SMA sama dengan 20:1;
c. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan, sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu;
d. Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan  inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengait­kan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pem­belajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me­motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativi­tas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuai­kan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela­jaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1). melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prin­sip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2). menggunakan beragam pendekatan pembela­jaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3). memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4). melibatkan peserta didik secara aktif dalam se­tiap kegiatan pembelajaran; dan
5). memfasilitasi peserta didik melakukan per­cobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1). membiasakan peserta didik membaca dan me­nulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2). memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memuncul­kan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3). memberi kesempatan untuk berpikir, menga­nalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4). memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5). memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6). rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7). memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok;
8). memfasilitasi peserta didik melakukan pamer­an, turnamen, festival, serta produk yang diha­silkan;
9). memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa per­caya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1). memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2). memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplo­rasi dan elaborasi peserta didik melalui ber­bagai sumber,
3). memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4). memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
5). berfungsi sebagai narasumber dan fasilita­tor dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan be­nar;
6). membantu menyelesaikan masalah;
7). memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil eksplorasi;
8). memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
9). memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsis­ten dan terprogram;
3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layan­an konseling dan/atau memberikan tugas balk tu­gas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
5. menyampaikan iencana pembelajaran pada per­temuan berikutnya.
Pada pasal 22 ayat 1 menyatakan :
Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.”

Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulis atau lisan, dan nontes dalam bentuk pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan/atau afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Observasi pada ayat 3  dimaksudkan untuk mengukur perubahan sikap dan perilaku peserta didik sebagai indikasi dari keberhasilan pembelajaran dalam aspek afektif dan psikomotorik.
Pada pasal 23 menyatakan:
“Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.”
Pemantauan
  1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
  3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Supervisi
  1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
  3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Evaluasi
1.      Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
  1. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
1)      membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan,
2)      mengidentifikasi kinerja pendidik dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi peserta didik.
  1. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran.
  2. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
Tindak lanjut
  1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada pendidik yang telah memenuhi standar.
  2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada pendidik yang belum memenuhi standar.
  3. Pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.
Pada Pasal 24 menyatakan bahwa :                      
“Standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.”



Pengemasan Makanan


Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia.
PENGEMASAN MAKANAN SECARA TRADISIONAL
Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati.
Daun
Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable, yang biasanya berupa daun pisang, daun jati, daun bambu, daun jagung dan daun palem. Lebih aman digunakan dalam proses pemanasan dibanding plastik.
Gerabah
Digunakan sejak zaman dahulu, aman bagi bahan pangan asal tidak mengandung timbal. Gerabah yang diglasir bersifat kedap air, kedap udara, mampu menghambat mikrobia, dan bersifat dingin sehingga cocok untuk mengemas bahan pangan seperti saus, madu, anggur, minyak, curd/dadih dll.
Cara pengemasannyapun dilakukan dengan berbagai macam cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut
Cara mengemas
Bahan kemasan
Menggulung
Daun pisang
Daun bambu
Daun/kelobot jagung
Melipat
Daun pisang
Daun jambu
Membalut
Daun pisang
Daun kelapa
Menganyam
Daun kelapa

PENGEMASAN MAKANAN MODERN
A.    Kemasan Flexible

Kemas fleksibel adalah suatu bentuk kemasan yang bersifat fleksibel yang dibentuk dari aluminium foil, film plastik, selopan, film plastik berlapis logam aluminium (metalized film) dan kertas dibuat satu lapis atau lebih dengan atau tanpa bahan thermoplastic maupun bahan perekat lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis konstruksi kemasan dapat berbentuk lembaran, kantong, sachet maupun bentuk lainnya.
Bahan baku yang digunakan :
Kombinasi dari berbagai material tersebut, akan memberikan kemasan yang lebih sempurna dari prosuk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Bahan Utama : film plastik, selopan, aluminium foil, metalized film,
kertas dan sebagainya.
Bahan Pengikat : perekat/adhesive dan extrusion dari bahan
Thermoplastic
Bahan Penolong : antara lain tinta dan solven
Bahan utama :
1.      Kertas
 Ada berbagai macam jenis kertas yang dikenal, dengan sifat tertentu dan dengan aplikasi tertentu. Kertas dibagi dua dalam klasifikasi yang luas, ialah cultural papers atau fine paper dan industrial paper atau coarse papers.
Cultural paper : antara lain printing paper, litho paper, artpaper dan lain-lain.
Industrial paper : antara lain kraft paper, manila paper, glassine paper, grease-proof paper dan lain-lain.
Untuk keperluan kemas fleksible, selain menggunakan kertas industri seperti kraft paper dan glassine paper juga digunakan cultural paper, seperti litho paper dan art paper. Kraft paper, karena sifatnya yang kuat, banyak digunakan dibidang kemas fleksible, terutama sebagai shopping bag.
2.      Aluminium Foil
Foil adalah tak berbau, tak ada rasa, tak berbahaya dan hygienis, tak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Karena harganya yang cukup mahal, maka aplikasi dari aluminium foil sekarang ini banyak disaingi oleh metalized aluminium film. Coating yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di ruang vacuum, hasilnya adalah suatu produk yang ekonomis dan kadang-kadang fungsinya dapat menyaingi aluminium foil, dalam aplikasi kemas fleksibel dan memiliki proteksi yang cukup baik terhadap cahaya, moisture dan oksigen.
3.      Film
Sifat tertentu dari film seperti keuletannya dapat diperoleh memakai orientasi dan stretching. Film banyak digunakan, karena sifat barrier dan daya tahan terhadap bahan kimia. Moisture atau transimisi gas permeability adalah sifat yang utama yang menjadi pertimbangan dalam aplikasi packaging. Dalam aplikasi tertentu daya tahan minyak dan gemuk juga diperlukan beberapa produk terutama food, membutuhkan pengendalian transimisi dari gas oksigen dan karbondioksida.
Produk seperti kopi, the, potato chip mempersyaratkan gas barrier yang baik, sedang tomato segar, kubis dan lain-lain produk yang memerlukan kegiatan pernapasan, mensyaratkan film yang permeable yang bisa melepas gas karbondioksida ketika terjadi proses pernafasan.
Daya tahan terhadap perembesan uap air dan permeable gas dari suatu film dapat dikurangi dengan meningkatkan ketebalan film tersebut, atau dengan cara coating dengan bahan lain, atau dilaminasi dengan film lain atau foil.
Disamping sifat diatas, yang perlu diperhatikan juga adalah dimensional stability, resisten terhadap sinar UV, heat seal range flameability, machine ability, gloss dan transparansi. Dan printability adalah penting dalam aplikasi packaging. Selopan dalam bentuk nitro cellulose atau polymer coated dan coated lainnya agak mudah dicetak. Sedang yang lain memerlukan perlakuan khusus dalam proses printing. disebut juga polymer, yang memiliki molekul yang panjang yang terkadang merupakan gabungan dari monometer antar 1.000 sampai dengan 2.000 unit.
Proses polymerisasi bisa terjadi diatas seperti proses pada pembuatan selopan. Sedang untuk film plastik disebut juga polymer sintesa. Dalam proses ini molekul kecil, yang disebut monometer bergabung bersama menjadi rantai panjang yang kemudian disebut polymerisasi.
Peningkatan Kemas Fleksibel
Lembaran film yang akan digunakan sebagai bahan kemasan, diikat dengan jalan extrusion coating maupun laminasi. Lapisan dibaut menjadi heat sealable, dapat disatukan dengan bagian lain, kemudian ditutup dan terjadilah perlindungan terhadap produk yang terdapat didalamnya.
Proses penutupan/pengemasan bisa dilaksanakan secara manual, semi manual ataupun secara masinal. Film yang akan digunakan pengikatannya dibantu melalui coating ataupun laminasi.
Coating adalah proses untuk meningkatkan sifat proteksi dari film yang digunakan terhadap uap air, gas dan lain-lain sehingga bahan yang digunakan untuk coating bisa thermoplastic ataupun bahan sintetis seperti laquer.
Proses pengikatan yang terjadi pada dua permukaan secara bersama, memiliki dua prinsip mekanis yang berbeda. Bila permukaan film agak porous, maka media cair akan mengadakan penetrasi kepada substrat, dan terjadi pengisian oleh adhesive yang bermolekul panjang. Terjadi ikatan fisik antara kedua material tersebut. Cara ini disebut sebagai physical adhesive atau mechanical adhesive. Bila permukaan dari film adalah rata, dan permukaannya tidak dapat tembus, maka mekanisme pengikat agak berlainan. Maka kekuatan pengikat tergantung dari molekul adhesive dan biasanya disebut specific adhesive. Yang paling popular dalam aplikasi kemasan adalah extrusion coating dan hotmelt coating.
Extrusion proses adalah pengikatan thermoplastic material selaras dalam keadaan cair keatas substrate. Dalam proses ini yang banyak digunakan sebagai media adalah LDPE. Selain dengan coating proses, pengikat dilaksanakan proses laminasi. Dikenal adanya wet laminasi dan dry laminasi serta solven free process.
Dalam proses dry laminasi, maka bonding process diaplikasikan pada lembaran film dan dikeringkan sebelum disatukan melalui tekanan dan panas.
Yang perlu mendapat perhatian dalam proses pengikatan ini adalah heat seal strength. Kekuatan seal tersebut, bisa terjadi segera diikat selagi panas, atau bisa juga ditunggu beberapa saat sampai produk tersebut dingin. Kekuatan seal yang terjadi pada saat masih panas tersebut disebut hot tack. Hot Tack amat penting bila pengisian terhadap produk yang agak berat, ataupun pemakaian mesin
pengisian yang vertical. Ikatan antara lapisan dari multi layer film, kekuatannya disebut bonding strength.
Pengemasan buah dan sayuran
Setelah panen fungsi physologi seperti pernafasan pada buah dan sayuran masih terus berlangsung. Salah satu cara untuk preservasi produk tersebut, adalah controlled atmosphere (CAJ) preservation method. Dengan cara ini, gas yang ada di lingkungan produk dapat dikontrol pada temperatur rendah, kurangi kadar O2 dan ditambah CO2, untuk mengendalikan pernafasan dan mempertahankan kualitas dari produk tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Bila buah dikemas dalam kantong polyethylene, komposisi udara didalam kemasan akan mengubah pernafasan yang berlebihan, buah berkerut dan nilai buah tersebut sebagai produk akan menurun. Bila kadar O2 meningkat, maka warna buah berubah, dan bila kadar CO2 meningkat maka rasa akan berubah.
Low density polyethylene film dengan ketebalan kurang dari 20 micron agak lumayan untuk pengemasan sayuran, karena permeability yang tinggi terhadap gas dan uap air. Namun demikian sulit diaplikasikan, film tersebut agak rapuh dan mudah sobek.
Menurut penelitian high density polyethylene dengan ketebalan 10 micron sudah memberikan hasil yang memuaskan dalam pengemasan buah jeruk. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam aplikasi pengemasan buah dan sayuran sebagai metode CA, dengan menggunakan film LDPE maupun HDPE dihadapkan humidity yang cukup tinggi di Indonesia.
4.      Plastik
Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun.
Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen, cellophan, polivinilklorida (PVC), polivinil dienaklorida (PVDC), polipropilen, poliester, poliamida, dan polietilentereptalat (PET).
  • Polietilen : adalah jenis plastik yang harganya paling murah dan memiliki beberapa varian antara lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High Density Polyetilene (HDPE), dan Polietelentereptalat (PET). Polietilen memiliki sifat kuat bergantung variannya, transparan, dan dapat direkatkan dengan panas sehingga mudah dibuat kantong plastik.
  • Cellophan : sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi. Cellophan dapat dipergunakan untuk membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti. Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap uap air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi PVDC tahan terhadap uap air dan kedap oksigen sehingga baik untuk mengemas makanan yang mengandung minyak atau lemak.
  • Polivinilklorida (PVC) : jenis plastik yang kuat, namun memiliki kelemahan yaitu dapat berkerut (Shrinkable) dan sering digunakan untuk mengemas daging atau keju.
  • Polivinildienaklorida (PVDC) : jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap air dan transmisi udara. Sering dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan yang dikeringkan.
B.     Teknologi Plasma dalam Pengemasan Makanan
Aplikasi teknologi plasma dalam industri pengemasan makanan lahir sebagai bentuk perkembangan dalam teknologi pengemasan makanan yang baik karena memiliki beberapa keunggulan seperti proses yang cepat dan minim menyebabkan kerusakan pada makanan.
Berikut ini merupakan aplikasi teknologi plasma dalam pengemasan makanan:
1. Fungsionalisasi dan aktivasi permukaan
Pada kemasan makanan berbahan dasar polimer, kemudahan dicetak dan sifat anti asap merupakan properti khas yang harus dimiliki. Dengan teknologi plasma, kedua kriteria tersebut dapat dipenuhi melalui fungsionalisasi dan aktivasi permukaan. Dalam tahap ini, plasma berfungsi sebagai penyesuai energi permukaan dengan cara mengatur adhesifitas, sifat hidrofobik, dan hidrofilik. Dalam pengaturan sifak hidrofobik dan hidrofil, ada dua hal yang menjadi perhatian yaitu terbentuknya lapisan permukaan anti asap dan penggunaan cat berbahan dasar air ataupun tinta. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam perlakuan plasma terhadap kemasan menentukan adhesifitas yang diperoleh.
Penggunaan lapisan plasma juga berguna dalam meningkatkan derajat kebasahan permukaan yang berpengaruh juga terhadap energi permukaan tersebut. Dengan adanya plasma, energi permukaan meningkat 1,5 kali lipat. Hal ini sangat berguna dalam penggunaan cat berbahan dasar secara ekologis.
2. Pelapisan permukaan
Pengawetan makanan dalam kemasan bergantung pada sterilitas dan kualitas kemasan itu sendiri. Sebagai contoh, untuk makanan atau minuman yang sensitivitasnya terhadap udara cukup tinggi harus dikemas dalam botol yang memiliki lapisan penghalang yang kuat
Pelapisan botol PET dari dalam menggunakan SiOx dan HMDSO (heksametildioksan) dengan bantuan argon plasma merupakan cara baru dalam produksi botol PET berkualitas tinggi sebagai kemasan minuman tertentu. Dengan menggunakan plasma, lapisan SiOx setebal 50 nm dapat diperoleh hanya dalam waktu kurang dari lima detik. Padahal proses ini memakan waktu hampir puluhan kali lipat lebih lama tanpa adanya plasma. Penggunaan plasma juga meningkatkan kemampuan kemasan dalam menghalangi terjadinya difusi gas dalam rentang skala 3 -10. Selain itu, kemasan yang dilapisi menggunakan plasma, memiliki kemungkinan hampir 0% dalam terjadinya microcrack akibat spora.
3. Sterilisasi plasma
Sterilisasi dalam pemrosesan makanan merupakan suatu proses pengawetan makanan dengan cara memanaskan makanan pada temperatur yang cukup tinggi dalam waktu tertentu untuk menghancurkan mikroba dan aktivitas enzim. Dengan proses sterilisasi,biasanya makanan dapat bertahan hingga lebih dari 6 bulan pada temperatur ruang.
Ada banyak alasan mengapa sterilisasi menggunakan plasma menjadi pilihan. Berikut beberapa alasannya.
  • Waktu inaktivasi spora yang singkat
  • Beban termal yang rendah
  • Tidak ada penggunaan bahan kimia toksik dan berbahaya
  • Tidak terbentuk produk yang toksik dan berbahaya pasca steriliasi
  • Tidak ada perubahan sifat pada material makanan yang diproses, malah terjadi peningkatan kualitas material makanan
  • Tidak perlu ada treatment lanjutan
Mekanisme sterilisasi dengan plasma:
  1. Destruksi material genetic mikroorganisme melalui irradiasi UV
  2. Pengikisan mikroorganisme atom per atom melalui fotodesorpsi intrinsik
  3. Pengikisan mikroorganisme atom per atom melalui proses etching.
Alat sterilisasi berteknologi plasma yang biasa digunakan adalah ECR Plasma (Electron Cyclotron Resonance Plasma). Alat ini memanfaatkan prinsip gaya Lorentz dengan adanya pergerakan sirkular electron-elektron bebas sehingga membangkitkan medan magnet seragam yang statis.
Berikut ini merupakan skema ECR plasma:
Sterilisasi meggunakan plasma berbeda karena agen aktif nya spesifik, seperti foton UV dan radikal. Keuntungan metode plasma adalah proses dapat dilakukan pada temperature rendah (500C), relative aman, dan mengawetkan keutuhan instrument dasar polimer, yang tak bisa dilakukan bila menggunakan autoklaf atau oven. Foton UV yang diemisikan akan di-reabsorpsi oleh gas ambient pada tekanan atmosfer.
C.    Kemasan Gelas
Gelas merupakan suatu produk anorganik yang dibuat melalui proses fusi yang dilanjutkan dengan pendinginan. Bahan yang biasa digunakan adalah silikat, kapur, dan soda. Setelah melewati titik fusi, campuran tersebut kemudian didinginkan. Gelas bersifat rigid. Namun, sifat tersebut tidak disebabkan karena proses kristalisasi. Proses kristalisasi tidak terjadi karena atom-atomnya tersebar secara amorphous acak. Hal ini berbeda dengan kristalisasi yang persebaran atom-atomnya kompak dan teratur.
Pengisian bahan pangan ke dalam botol dolakukan dalam kondisi panas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi vakum pada head spacenya. Setelah filing, masih bisa dilakukan sterilisasi karena botol kaca meiliki sifat ketahanan yang tinggi terhadap suhu sterilisasi. Wadah gelas dapat dikenakan sterilisasi dan pasteurisasi in-bottle, baik untuk pengisian produk panas ataupun dingin. Tidak akan masalah sehubungan kondisi volume headspace dan kejutan panas yang akan dibuat. Pada prakteknya, hot-fill, produk diisikan pada 85oC dan selanjutnya didinginkan yang akan membutuhkan headspace minimum 5%.
Kondisi vakum di sini penting karena bahan pangan tersebut  memiliki kemungkinan untuk ditumbuhi yeast. Kondisi vakum diharapkan dapat menghambat pertumbuhan spora yeast yang tahan terhadap pasteurisasi maupun sterilisasi..
Tutup yang digunakan dalam produk ini bisa berupa logam yang berbentuk crown. Model penutupannya secara vakum. Kondisi vakum ini sangat diperlukan karena produk kecap merupakan produk yang nutriously, yang kaya akan protein sehingga mudah dimanfaatkan mikrobia untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Vakum dapat diciptakan dengan menghembuskan uap pada headspace. Model penutupan seperti ini mudah dan cepat sehingga biaya produksi dapat ditekan.
D.    Kemasan Kaleng
Pemilihan bentuk kemasan kaleng tentunya berhubungan dengan biaya, penampilan fisik dan kompatibilitas dengan isi produk. Sebagai gambaran, harga bahan logamnya saja mencapai 50-70% dari total biaya wadah. Oleh karena itu, pemilihan bentuk ataupun desain kemasannya harus dapat ditentukan secara pasti sehingga dapat tercapai keseimbangan antara biaya yang dibutuhkan dengan keamanan yang dapat didapatkan dari kemasan untuk produk yang bersangkutan.
Penggunaan kemasan kaleng untuk produ bahan pangan sangat penting. Hal ini berkaitan dengan nilai ekonomis produk tersebut yang relatif tinggi sehingga diperlukan kemasan yang dapat memproteknya secara bagus. Ada beberapa fungsi dari penggunaan kemasan kaleng pada produk bahan pangan. Di antaranya adalah
1.  Melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis. Sifat ini terutama didapatkan dari bahan baja sebagai penyusunnya. Baja yang digunakan merupakan baja rendah karbon(biasanya diproduksi sebagai plat hitam). Kemudian, dikonversikan menjadi tinplate atau tin-free steel (TFS) untuk wadah dan manufaktur penutup.Tinplate dibuat dengan coating elektrolic plat hitam black plate dengan lapisan tipis timah. Timah dilapiskan pada kedua sisi plat dengan ketebalan yang tepat internal untuk produk dikemas dan lingkungan eksternal.
2. Melindungi produk dari kontaminasi udara luar. Kontaminasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada produk. Kondisi seperti ini sangat penting dalam perlindungan produk bahan pangan karena beberapa alasan. Di antaranya yaitu
o Produk bahan pangan bernutrisi tinggi sehingga mudah ditumbuhi mikrobia perusak. Ketika kontak dengan udara luar terjadi maka hal pertama yang dapat ditebak adalah terserapnya uap air sehngga Ka dalam bahan meningkat. Penigkatan Ka ini sangat merugikan karena Ka semula yang rendah(akibat dari tinginya kadar gula sukrosa yang ada) meningkat dan memudahkan pertumbuhan mikrobia perusak.
o Produk dituntut memiliki higienitas yang tinggi. Kemasan kaleng mampu memenuhinya karena (salah satunya) dapat tahan terhadap suhu sterilisasi.
o Bahan pangan yang telah mengalami fortifikasi membutuhkan proteksi ekstra karena adanya beberapa bahan fortifikan yang sensitif terhadap cahaya, panas, dan O2. Kemasan kaleng diharapkan dapat berfungsi sebagai protektor dari beberapa ahl di atas.
  1. Pengisian
Pengisian (filling) produk bahan pangan ke dalam kemasan kaleng harus dilakukan di dalam ruang aseptis. Kondisi aseptis dibutuhkan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar. Di dalam pengisian, penting untuk menyediakan headspace yang cukup karena dapat mempengaruhi tingkat vacuum akhir (oksigen sisa mempengaruhi korosi internal dan kualitas produk), dan juga meminimalisasikan tekanan internal pada tutup kaleng selama pengolahan panas dan pendinginan.
Penutupan kemasan kaleng bahan pangan menggunakan tipe penutupan double seam. Seam dibentuk dalam dua operasi, dari pembengkokan ujung/bibir kaleng dan pinggiran badan kaleng.