BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu pengertian mengenai struktur
atom dan metoda mekanika gelombang, seperti yang telah dibahas terdahulu,
sekarang memungkinkan untuk memecahkan persoalan pokok dalam ilmu kimia, yaitu
apa yang menyebabkan atom dapat saling berikatan menjadi molekul. Berdasarkan
jenis ikatan antara atom-atom, secara garis besar dikenal ikatan kovalen, ion,
gaya interaksi vanderwaals dan ikatan logam. Dalam hal ini dibahas mengenai
iaktan kovalen. Dikenal dua jenis pendekatan mengenai ikatan kovalen yaitu
teori Orbital Molekul (teori MO) dan teori ikatan valensi (teori VB). Teori
molekul orbital mengandaikan suatu system molekul yang stabil, dengan berbagai
inti yang ada dalam keadaan seimbang serta menghasilkan fungsi gelombang
molekul yang mengambarkan tingkaat energy molekula atau orbital molekul. Ke
dalam orbital molekul ini dimasukkan electron-elektron. Orbitsl molekul dapat
dibentuk dari orbital atom dengan cara kombinasi linier dari orbital-orbital
atom (cara LCAO). Model MO dapat menerangkan terjadinya spectrum dari senyawa
serta kekuatan ikatan.
1.2. Rumusan Masalah
·
Apa
definisi teori molekul orbital?
·
Bagaimana
pembentukan molekul orbital?
·
Bagaimana
molekul orbital pada senyawa?
·
Bagaimana
derajat ikatan molekul orbital?
·
Bagaimana
metoda molekul orbital?
1.3. Tujuan
·
Untuk
mengetahui definisi teori molekul orbital.
·
Untuk
mengetahui pembentukan molekul orbital.
·
Untuk
mengetahui molekul orbital pada senyawa.
·
Untuk
mengetahui derajat ikatan molekul orbital.
·
Untuk
mengetahui metoda molekul orbital.
1.4. Manfaat
·
Memahami
definisi molekul orbital.
·
Memahami
pembentukan molekul orbital.
·
Memahami
molekul orbital pada senyawa.
·
Memahami
derajat ikatan molekul orbital.
·
Memahami
metoda molekul orbital.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Teori Molekul Orbital
Ada beberapa teori yang memberikan postulat – postulatnya
tentang bagaimana bentuk dari suatu senyawa, antara lain: Teori Valence-Shell
Electron Pair Repulsion (VSEPR), Teori Ikatan Valensi, Teori Orbital Molekul,
Teori Lewis, dan sebagainya.
Teori Ikatan
Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan kovalen sebagai
akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep hibridisasi pun dapat
dijelaskan geometri molekul sebagaimana yang diramalkan dalam teori VSEPR,
tetapi sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak dapat
menjelaskan sifat-sifat molekul yang tramati secara memuaskan. Contohnya adalah
molekul oksigen, yang struktur Lewisnya sebagai berikut.
Menurut
gambaran struktur Lewis Oksigen di atas, semua elektron pada O2
berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat diamagnetik, namun kenyataanya,
menurut hasil percobaan diketahui bahwa Oksigen bersifat paramagnetik dengan
dua elektron tidak berpasangan. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan
mendasar dalam teori ikatan valensi.
Sifat magnet
dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik dengan
menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut sebagai teori orbital
molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital
molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom
yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan
Menurut teori
OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah pada
pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu orbital
molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi
yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital
atom pembentuknya. Orbital molekul antiikatan memiliki
energi yang lebih besar dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan
orbital atom pembentuknya. Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam
orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil.
Dalam orbital
molekul ikatan kerapatan elektron lebh besar di antara inti atom yang
berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaa ini dapat dipahami bila kita mengingat
sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa
dengan gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar
amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo.
Fungsi
gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena kebolehjadian
menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat fungsi
gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi
gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping
(lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan
negatif dalam molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi
cuping positif dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk
ikatan. Besarnya efek interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang
tindih dalam kimia kuantum.
2.2. Pembentukan orbital molekul
Dalam
pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital
molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul
adalah jumlah atom dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital
molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi
orbital itu dalam ikatan antar atom. Kondisi pembentukan orbital molekul ikatan
adalah sebagai berikut.Syarat pembentukan orbital molekul
ikatan:
(1) Cuping orbital atom penyusunnya cocok
untuk tumpang tindih.
(2) Tanda positif atau negatif cuping yang
bertumpang tindih sama.
(3) Tingkat energi orbital-orbital atomnya
dekat.
Kasus
paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B dan
akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila
syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom
dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang
memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda berlawanan yang akan
dihasilkan (Gambar 2.15). Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah,
sementara tingkat energi orbital molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat
energi orbital atom penyusunnya. Semakin
besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan. Bila
tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang
dihasilkan adalah orbital non ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari
energi terendah ke energi yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi
tertinggi disebut HOMO (highest occupied molecular orbital) dan orbital molekul
kosong berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied molecular orbital).
Ken’ichi Fukui (pemenang Nobel 1981) menamakan orbital-orbital ini
orbital-orbital terdepan (frontier).
Dua
atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital terdegenerasi
(degenerate). Simbol orbital yang tidak terdegenerasi adalah a atau b, yang
terdegenerasi ganda e, dan yang terdegenerasi rangkap tiga t. Simbol g (gerade)
ditambahkan sebagai akhiran pada orbital yang sentrosimetrik dan u (ungerade)
pada orbital yang berubah tanda dengan inversi di titik pusat inversi. Bilangan
sebelum simbol simetri digunakan dalam urutan energi untuk membedakan orbital
yang sama degenarasinya. Selain itu, orbital-orbital itu dinamakan sigma (σ)
atau pi(π) sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital sigma mempunyai
simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki bidang simpul.
Oleh karena
itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang tindih orbital s-s, p-p,
s-d, p-d, dan d-d (Gambar 2.16) dan ikatan pi dibentuk oleh tumpang tindih
orbital p-p, p-d, dan dd (Gambar 2.17).
Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan φA dan φB, orbital molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals (LCAO)) diungkapkan sebagai
hanya orbital-orbital atom kulit elektron valensi yang digunakan dalam metoda orbital molekul sederhana. Pembentukan orbital molekul diilustrasikan di bawah ini untuk kasus sederhana molekul dua atom. Semua tingkat di bawah HOMO terisi dan semua tingkat di atas LUMO kosong. Dalam molekul hidrogen, H2, tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen membentuk orbital ikatan σg bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan σu bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan σg (Gambar 2.18).
Dalam molekul dua atom periode dua, dari litium Li2 sampai flourin F2, bila sumbu z adalah sumbu ikatan, 1σg dan 1σu dibentuk oleh tumpang tindih orbital 2s dan 2σg dan 2σu dari orbital 2pz dan 1πu dan 1πg dari 2px, dan 2py. Tingkat energi orbital molekul dari Li2 sampai N2 tersusun dalam urutan
Orbital
molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang
tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif
umumnya lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital
atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan
mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih besar, dan orbital
anti ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih kecil.
Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida,
HF, dibentuk dari orbital 1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar 2.21. Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin,
dan orbital 3σ anti ikatan memiliki karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya
memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan
karakter π tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan.
Karena HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi
HOMO.
Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai 3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2π dan 4σ memiliki karakter 2p karbon (Gambar 2.22
Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai 3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2π dan 4σ memiliki karakter 2p karbon (Gambar 2.22
Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam N2 atau CO, orde ikatannya adalah (8 – 2)/2= 3 dan nilai ini konsisten dengan struktur Lewisnya.
Pembentukan
orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif, sementara pembentukan
orbital molekul antiikatan berkaitan dengan interferensi destruktif. Jadi,
interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara dua orbital 1s
dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s)
dan pembentukan antiikatan sigma (σ*1s).
(a)
(b)
Gambar (a) interaksi konstruktif
yang menghasilkan orbital molekul ikatan sigma (b) interaksi destruktif yang
menghasilkan orbital molekul antiikatan sigma.
Pada gambar
diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma terdapat
simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti
positif saling tolak-menolak.
Gambar Tingkat energi orbital
molekul ikatan dan antiikatan molekul H2
Penggunaan
teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul-molekul lain selain
molekul H2. Hanya saja, jika dalam molekul H2 kita hanya
perlu memikirkan orbital 1s saja, maka pada molekul lain akan lebih
rumit karena kita perlu memikirkan orbital atom lainnya juga.
Untuk orbital
p, prosesnya akan lebih rumit karena orbital ini dapat berinteraksi satu
sama lain dengan cara yang berbeda. Misalnya, dua orbital 2p dapat
saling mendekat satu sama lain ujung-ke-ujung untuk menghasilkan sebuah orbital
molekul ikatan sigma dan orbital molekul antiikatan sigma. Selain itu, kedua
orbital p dapat saling tumpang tindih secara menyimpang untuk
menghasilkan orbital molekul pi (π2p) dan orbital molekul antiikatan
pi (π*2p).
Gambar (a)
Gambar (b)
Gambar (a) pembentukan satu
orbital molekul ikatan sigma dan satu orbital molekul antiikatan sigma ketika
orbital p saling tumpang tindih ujung-ke-ujung. (b) ketika orbital p saling tumpang
tindih menyamping, terbentuk suatu orbital molekul pi dan suatu orbital molekul
antiikatan pi.
2.3. Orbital molekul pada senyawa
Kali ini kita akan membahas Teori Orbital Molekul pada
senyawa diatomik (Terdiri dari dua unsur.)Subjek pertama kita adalah O2
(Diatomik Homonuklir). Homonuklir berarti memiliki inti atom yang identik.
Tentu atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama
pula. Disini kita akan mengukur tingkat energi potensialnya disaat orbital
molekul terbentuk. Konfigurasi 8O = [He] 2s2 2p. Sehingga:
Dari gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa selain adanya
orbital atom (Samping), ada juga orbital molekul (Tengah). Elektron – elektron
pada orbital molekul merupakan jumlah dari elektron – elektron yang terdapat
didalam masing – masing orbital kulit valensi unsur penyusunnya.
Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan
membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda asterik (*) berarti merupakan orbital
anti pengikatan yang menyebabkan molekul menjadi tidak stabil. Semakin banyak
elektron pada orbital anti pengikatan, suatu molekul akan semakin tidak stabil.
Dari gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa gas O2 merupakan gas
paramagnetik karena elektron tidak mengisi orbital π*px dan
π*py secara penuh.
Sehingga
konfigurasi elektron valensi molekul O2 adalah:
(σ2s)2
(σ*2s)2 (σ2pz)2 (π2px)2
(π2py)2 (π*2px)1 (π*2py)1
atau (σ2s)2 (σ*2s)2
(σ2p)2 (π2p)4 (π*2p)2
Kita
dapat menuliskan seperti bentuk kedua karena orientasi x, y, z tidak menjadi
masalah yang berarti.
Bentuk
diagram energi lainnya dari O2:
Sekarang
kita bahas subjek kedua kita, yaitu gas CO (Diatomik, Heteronuklir).
Konfigurasi dari 6C = [He] 2s2 2p2
dan 8O = [He] 2s2 2p4
Karena elektonegativitas dari kedua atom tersebut berbeda, maka tentu mereka memiliki tingkat energi yang berbeda. Sehingga gambir orbital molekulnya adalah:
Sehingga konfigurasi elektron valensi molekul CO adalah:
Karena elektonegativitas dari kedua atom tersebut berbeda, maka tentu mereka memiliki tingkat energi yang berbeda. Sehingga gambir orbital molekulnya adalah:
Sehingga konfigurasi elektron valensi molekul CO adalah:
(σ2s)2
(σ*2s)2 (π2p)4 (σ2p)2
Pada molekul diatomik heteronuklir, energi orbital π2p lebih
rendah dibanding σ2p, sehingga letak orbital σ2p berada
diatas π2p, berbeda dengan letak orbital kedua orbital tersebut pada
molekul diatomik homonuklir.
2.4. Derajat Ikatan (DI)
Untuk menentukan seberapa stabil suatu molekul diatomik,
kita tentu membutuhkan patokan kuantitatifnya. Disini dapat kita gunakan
derajat ikatan sebagai nilai kestabilan tersebut. Semakin besar nilai DI,
semakin stabil molekul tersebut.
Dengan
rumus DI adalah:
Dari
rumus tersebut, dapat kita simpulkan semakin banyak elektron pada orbital anti
ikatan, semakin tidak stabil molekul tersebut, dan sebagainya.
derajat
ikatan molekul O2- dan gambarkan struktur
lewisnya!
Jawab:
Konfigurasi
Elektron Valensi Molekul O2-:
(σ2s)2 (σ*2s)2
(σ2p)2 (π2p)4 (π*2p)3
2.5. Metoda
orbital molekul
Sebuah fungsi orbital menyatakan gerakan elektron dan
disebut sebagai orbital atomik (AO) untuk sebuah atom dan orbital molekul (MO)
untuk sebuah molekul. Sebuah pendekatan dengan menggunakan orbital molekul
untuk berbagai masalah dalam kimia disebut sebagai metoda orbital molekul.
Sebuah teknik yang fundamental untuk memperoleh orbital molekul adalah metoda
SCF yang didasarkan pada persamaan Hatree-Fock yang telah dipelajari pada
bagian 3.3. Pada bagian ini, kita akan mempelajari sebuah metoda SCF dengan
menggunakan kombinasi linier sebagai cara yang paling ampuh dalam kimia kuantum
dan juga aplikasinya pada metoda orbital molekul.
Hingga sekitar tahun 1980, bidang ini telah menjadi bidang
yang sangat khusus dan terbatas hanya pada mereka yang bekerja pada bidang
kimia kuantum. Akan tetapi perkembangan terakhir pada perangkat keras dan
perangkat lunak komputer telah membuat hal ini dapat dilakukan oleh banyak
orang bahkan untuk mereka yang tidak memperoleh latihan khusus dalam kimia
untuk menggunakan metoda orbital molekul. Setelah tahun 1990, kecenderungan ini
semakin meningkat. Dengan demikian kita akan mempelajari beberapa ide dasar dan
teknik untuk perhitungan yang sebenarnya yang digunakan dalam kimia kuantum.
·
Metoda SCF dengan menggunakan kombinasi linier
Meskipun metoda Hatree-Fock yang telah dipelajari pada
bagian 3.3 adalah metoda umum untuk menentukan fungsi orbital berdasarkan
prinsip variasi, penerapannya hampir tidak mungkin kecuali pada atom-atom atau
molekul diatomik sederhana. Jika kita menggunakan kombinasi linier dari
beberapa fungsi yang diketahui yang disebut sebagai fungsi basis atau himpunan
basis, masalah untuk menentukan fungsi orbital direduksi menjadi masalah untuk
melakukan perhitungan numerik yang mungkin sebagaimana telah dipelajari pada
metoda variasi Ritz dalam bagian 3.2. Kita dapat memperoleh fungsi orbital yang
terbaik dan dapat dinyatakan dalam suku-suku yang merupakan kombinasi linier dari
himpunan basis.
Fungsi orbital {φi} akan ditentukan dan
diekspansi dalam suku-suku yang merupakan kombinasi linier dari fungsi basis x1,x2,
… ,xN.
C. C. Roothaan telah menurunkan sebuah himpunan dari
persamaan simultan untuk menentukan fungsi orbital terbaik dalam batasan yang
diberikan oleh himpunan basis dengan mengatur koefisien {Cpi}
pada tahun 1951. Kita tidak akan menjelaskan secara detil fungsi-fungsi ini.
Gambaran yang penting adalah sebagai berikut. Untuk sebuah himpunan basis yang
terdiri dari N buah fungsi yang bergantung secara linier, masalahnya akan
tereduksi menjadi bagaimana memecahkan persamaan sekular dengan orde N,
sebagaimana dalam metoda variasi Ritz. Teknik SCF digunakan untuk memecahkan
persamaan sekular dalam cara yang iteratif sehingga sebuah himpunan dari solusi
SCF diperoleh sebagaimana dalam metoda Hatree-Fock. Konsekuensinya, kita dapat
memperoleh koefisien {Cpi} yang menentukan bentuk dari
orbital dan juga energi orbitalnya {εpi} . Sebagai tambahan,
energi total dari sistem, yang dapat disebut sebagai energi SCF dapat diperoleh
sebagai sebuah pendekatan dari energi keadaan dasar. Untuk molekul, beberapa
struktur khusus dengan posisi inti yang tetap diasumsikan berada pada
pendekatan adiabatik. Penggunaan prosedur SCF yang konsisten dengan
memvariasikan struktur molekul akan menghasilkan potensial adiabatik terdekat.
Metoda SCF dengan menggunakan kombinasi linier oleh Roothan secara krusial
bergantung pada pemilihan fungsi basis {Xp} .
Ketidaksamaan berikut berlaku pada energi Hatree-Fock SCF, EHF,
energi SCF dalam pendekatan kombinasi linier ELC dan keadaan dasar EG
yang sebenarnya.
Kesamaan di atas hanya berlaku untuk sistem dengan satu
elektron. Untuk sistem dengan elektron banyak, kesamaan tersebut tidak berlaku
dan energi korelasi elektron EHF – EG = ECORR,
selalu positif. Sebagai tambahan ELC-EHF juga
positif untuk sistem elektron banyak, yang disebabkan oleh
ketidaklengkapan himpunan basis karena jumlah fungsi basis
yang terbatas tidak dapat membentuk sebuah sistem yang lengkap.
·
Fungsi-fungsi basis
Untuk mendapatkan orbital molekul dalam pendekatan kombinasi
linier, fungsi orbital atomik seperti 1s, 2s, 2px, 2py,
2pz untuk atom-atom yang membentuk sebuah molekul digunakan
sebagai fungsi basis. Ide ini datang dari konsep kimia tradisional bahwa sebuah
molekul terdiri dari atom. Dari sudut pandang fisika, orbital molekul ditinjau
sebagai sebuah superposisi dari gelombang elektron dan orbital atomik
disebabkan oleh karena sebuah elektron yang berada dekat dengan sebuah atom
tertentu diharapkan akan berlaku sama dengan orbital atom tersebut.
Meskipun beberapa cara untuk membangun sebuah basis telah
diajukan, satu pilihan standar untuk atom individual adalah menggunakan semua
orbital atom dari kulit terdalam hingga elektron valensi dalam keadaan dasar
atomiknya. Sebagai contoh untuk sebuah atom nitrogen, lima jenis orbital 1s,
2s, 2px, 2py, 2pz digunakan sebagai fungsi
orbital atomik. Untuk sebuah atom alkali atau sebuah atom alkali tanah, orbital
np dimasukkan sebagai tambahan dari orbital ns. Himpunan basis yang
demikian itu disebut sebagai basis minimal. Basis minimal adalah basis standar
untuk memperoleh orbital molekul dan kita dapat mengasumsikan himpunan basis
ini jika tidak ada hal-hal khusus lainnya.
Untuk perhitungan kimia kuantum yang detil, kita perlu
memperhatikan pilihan-pilihan dari fungsi basis. Jika kita menggunakan sejumlah
tambahan fungsi basis untuk meningkatkan ketelitian perhitungan, ukuran
pekerjaan komputasi (waktu komputasi dan ukuran memori) yang besar tidak dapat
dihindari dan akan meningkat. Dalam usaha untuk menghindari ekspansi
perhitungan komputasi yang tidak diperlukan, fungsi basis yang dipilih secara
hati-hati harus ditambahkan bergantung pada akurasi perhitungan yang
diperlukan. Untuk gambaran yang lebih baik pada elektron valensi, fungsi
orbital valensi dengan berbagai ekspansi spasial digunakan lipat dua atau tiga
sebagai tambahan terhadap fungsi standar. Himpunan basis seperti ini disebut
sebagai basis valensi yang terpisah. Fungsi orbital atomik dengan bilangan
kuantum orbital azimut yang lebih tinggi sering ditingkatkan untuk mengatur
bentuk dari fungsi gelombang elektron dari setiap atom individu bergantung
situasi dalam molekul. Tipe fungsi gelombang yang ditingkatkan ini disebut
sebagai fungsi polarisasi. Sebagai contoh, sebuah himpunan basis yang hanya
terdiri dari fungsi tipe s dan p ditingkatkan oleh fungsi tipe d sebagai fungsi
polarisasi. Lebih lanjut, elektron yang tidak terikat secara kuat seperti pada
elektron tambahan dalam ion negatif memerlukan fungsi yang melebar yang
mencangkup area yang jauh di mana tambahan elektron tersebut didistribusikan.
Fungsi orbital atomik sebagai fungsi basis tidak perlu
fungsi orbital atomik yang eksak. Dalam perhitungan yang sebenarnya, bentuk
pendekatan dari fungsi orbital atomik telah digunakan secara umum dengan
memperhatikan pengaturan yang mudah pada berbagai jenis integral. Untuk fungsi
pendekatan seperti itu, fungsi orbital yang proporsional dengan e−ζr
yang diusulkan oleh Slater dan disebut sebagai orbital tipe Slater (STO) telah
digunakan secara luas digunakan dalam tahun-tahun terakhir dan analoginya telah
diperluas dalam suku-suku yang terdiri dari beberapa fungsi Gaussian 2 dengan
sebuah faktor e−αr2 dan disebut sebagai STO-nG jika
jumlah fungsi Gaussiannya adalah n. Beberapa himpunan bas is lain yang
terdiri dari beberapa Gausian seperti 4-31G dan 6-31G dikembangkan oleh J. A.
Pople dan koleganya dan secara ekstensif digunakan. Penjelasan yang lebih detil
dari fungsi basis harus dilihat pada buku-buku tentang metoda orbital dan
perhitungan kimia kuantum. Metoda SCF dengan pendekatan kombinasi linier
digunakan tidak hanya untuk perhitungan orbital molekul tetapi juga untuk
mendapatkan orbital atomik yang tepat.
Konvensi tanda dan arah dari orbital atomik harus dicatat
untuk penggunaan praktis. Secara prinsip, setiap fungsi orbital atomik dapat
dikalikan dengan -1 atau divariasikan tandanya dan tanda tesebut dapat dipilih
secara bebas untuk setiap atom dalam kebebasan matematika. Akan tetapi dalam
usaha untuk memahami hasil-hasil perhitungan, kebebasan dalam memilih tanda
untuk digunakan dalam orbital atomik dapat menyebabkan kebingungan. Untuk
orbital dengan kebergantungan arah yang besar seperti pada orbital p, sumbu
koordinat dapat dipilih secara bebas untuk setiap atom, meskipun analisa dan
interpretasi menjadi sulit. Ini kemudian menyebabkan bahwa sebuah pilihan
sistematik untuk tanda dan arah perlu direkomendasikan; biasanya, sumbu
koordinat yang sama diasumsikan untuk seluruh atom dan tanda untuk jenis
orbital yang sama seperti pada 1s, 2p secara umum dipilih. Sebagai contoh,
tanda untuk orbital 2px dibuat positif pada daerah terluar sepanjang sumbu x
yang dipilih umum. Dalam banyak program untuk perhitungan kimia kuantum,
pilihan sistematik telah digunakan. Akan tetapi biasanya tidak ada deskripsi
yang dibuat dalam program komputasi dan manualnya serta tidak ada penjelasan
dalam buku-buku teks. Dengan demikian, untuk mahasiswa, konvensi untuk orbital
atomik sering membuat kebingungan. Kita juga harus berhati-hati terhadap
pemilihan sistem koordinat dan tanda-tanda, karena perbedaan konvensi dapat
digunakan sesuai kebutuhan seperti pada simetri. Pilihan yang berbeda dapat
ditemui ketika kita melihat beberapa referensi.
Contoh 4.2 Tulislah semua anggota dari basis minimal untuk sebuah
molekul air dan berikan jumlah total fungsi basisnya.
(Jawaban) Lima fungsi basis 1s, 2s, 2px, 2py,
2pz digunakan untuk atom oksigen. Terdapat dua atom hidrogen dan setiap
atom menggunakan sebuah orbital 1s. Dengan demikian jumlah total dari fungsi
basis adalah 5 + 1 + 1= 7. Dengan demikian orbital molekul dari sebuah molekul
air dalam basis minimal diperoleh sebagai kombinasi linier dari tujuh fungsi
basis ini.
·
Metoda non empiris dan metoda semi empiris
Sebuah pendekatan teoritis dengan tidak menggunakan
informasi yang empiris kecuali untuk bilangan atom, koordinat geometri dan
jumlah elektron pada sistem yang dipelajari disebut sebagai metoda ab initio
(dari awal) atau metoda non empiris. Dalam metoda ab initio, fungsi orbital dan
energinya ditentukan oleh metoda SCF dalam pendekatan kombinasi linier dan
kemudian energi total sistem, fungsi gelombang, kerapatan elektron dan
sifat-sifat yang lainnya dihitung. Metoda orbital molekul non empiris secara
umum memerlukan perhitungan integral dalam jumlah yang sangat besar, dan
jumlahnya adalah pangkat empat kali dari jumlah fungsi basisnya. Untuk alasan
ini, perhitungan non empiris untuk molekul besar sering berhadapan pada kesulitan
yang disebabkan oleh sistem yang terbatas pada fasilitas komputasi.
Sebuah pendekatan untuk menurunkan waktu komputasi dan
jumlah data yang diperlukan untuk memperkirakan nilai integral dengan beberapa
persamaan yang mengandung parameter empiris disebut sebagai metoda semi
empiris. Parameter empiris pada metoda semi empiris diatur sedemikian rupa
sehingga memberikan hasil yang sebaik mungkin. Dalam metoda orbital molekul
semi empiris, hanya elektron valensi yang diperlakukan atau dipertimbangkan dan
muatan inti sering dikombinasikan dengan elektron kulit dalam akan diperlakukan
sebagai inti efektif dengan sebuah muatan positif yaitu (bilangan atom)-(jumlah
elektron dalam). Untuk molekul planar dengan ikatan tidak tersaturasi seper ti
pada benzen, elektron (elektron π) dalam orbital p dengan arah vertikal
terhadap bidang molekul saja yang diperhitungkan dan pendekatan yang demikian
itu disebut sebagai pendekatan elektron π. Dalam sebuah metoda orbital molekul
sederhana yang diberikan oleh E. Hückel, yang akan diperkenalkan pada bab
berikut, persamaan eigen untuk mendapatkan orbital molekul disederhanakan dan
dengan hanya sebuah prosedur untuk memecahkan persamaan sekular yang memberikan
fungsi orbital molekul dan energi orbitalnya, dengan syarat bahwa integral yang
diperlukan telah dihitung sebelumnya dengan suatu prosedur.
·
Konfigurasi elektron dan HOMO/LUMO
Setelah fungsi orbital {φi} dan orbital energi {εi}
diperoleh dengan metoda SCF atau beberapa metoda yang lain, kita dapat
membangun fungsi gelombang determinan Φ yang berkaitan dengan beberapa
konfigurasi elektron seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.4 (lihat, keadaan
dasar dan keadaan tereksitasi dari sebuah atom helium pada bagian 2.7)
Bilangan
okupasi elektron, ni untuk sebuah orbital φi tanpa
spin adalah 0, 1 atau 2 dengan memperhatikan prinsip Pauli. Sebuah orbital yang
mengandung satu atau dua elektron disebut sebagai sebuah orbital terisi. Sebuah
orbital dengan ni = 0 disebut sebagai orbital kosong. Sebuah
orbital terisi dengan ni = 1 disebut sebagai orbital molekul
yang terisi tunggal (Single Occupied Molecular Orbital-SOMO) atau sebuah
elektron tidak berpasangan. Sebuah orbital dengan ni = 2
disebut sebagai orbital terisi penuh oleh sebuah pasangan elektron. Di antara
orbital yang terisi, orbital molekul tertinggi yang terisi disebut sebagai HOMO
(Highest Occupied Molecular Orbital) dan orbital molekul terendah yang
tidak terisi disebut sebagai LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital).
HOMO, LUMO dan SOMO disebut sebagai orbital terdepan dikarenakan
orbital-orbital ini berkaitan dengan kereaktifan kimia dan akan dipelajari pada
Bab 6. Gambar 4.4 :
Sebuah konfigurasi elektron yang tidak memiliki elektron
yang tidak berpasangan disebut sebagai sebuah kulit tertutup, sedangkan sebuah
konfigurasi elektron dengan beberapa elektron yang tidak berpasangan disebut
sebagai kulit terbuka. Di antara seluruh konfigurasi elektron yang dibentuk
dengan jumlah fungsi orbital yang sama dari {φ}, sebuah konfigurasi elektron
yang khusus dengan nilai ekspektasi yang paling rendah yang diberikan oleh
fungsi gelombang determinan Φ disebut sebagai konfigurasi elektron dasar.
Konfigurasi elektron dasar yang biasanya memberikan jumlah minimum dari orbital
energi ∑inεi dapat dinyatakan merepresentasikan
keadaan dasar. Dalam konfigurasi elektron dasar, orbital terendah hingga HOMO
diisi oleh sebuah pasangan elektron. Perkecualiannya, beberapa sistem dengan
HOMO dan LUMO yang terdegenerasi atau hampir terdegenerasi menyukai untuk
memiliki sebuah konfigurasi dari dua elektron yang tidak berpasangan dengan
spin paralel yang diturunkan dari aturan Hund. Konfigurasi elektron yang
dihasilkan oleh eksitasi elektron menempati orbital yang kosong disebut sebagai
konfigurasi elektron tereksitasi. Konfigurasi elektron tereksitasi diklasifikasikan
pada konfigurasi satu elektron tereksitasi, dua elektron tereksitasi dan
seterusnya bergantung pada jumlah elektron tereksitasi.
Ketika penambahan atau pengurangan beberapa elektron
dilakukan pada sebuah sistem dengan N buah elektron yang netral secara listrik,
kita dapat membangun sebuah konfigurasi sebuah sistem dengan N + z
elektron. Sistem akan menjadi negatif ion jika z > 0 dan menjadi ion
positif jika z < 0. Konfigurasi elektron untuk ion disebut sebagai
konfigurasi ionik (atau terionisasi) .
·
Energi orbital dan energi ionisasi
Dalam kaitannya dengan sebuah ion monopositif, perbedaan
antara energi Ei dari sebuah konfigurasi ionik Φi
dibangun dengan orbital SCF dari sistem netral dan energi Eg
dari konfigurasi keadaan dasar elektron Φg, Ei-Eg,
secara sederhana disamakan dengan -1 dikalikan dengan nilai dari orbital energi
εi untuk orbital φi yang mana merupakan
asal dari elektron yang dilepaskan.
Persamaan ini dipresentasikan pada tahun 1934 dan disebut
sebagai teorema Koopman. Jika kita mengasumsikan bahwa Ei – Eg,
sama dengan energi ionisasi, kita dapat mengandaikan bahwa -1 kali energi
orbital SCF yang terisi berkaitan dengan energi ionisasi untuk melepaskan
sebuah elektron dari suatu orbital. Dengan demikian persamaan berikut berlaku.
(4.30)
Ini disebut sebagai rumus Koopman. Perlakuan yang sama untuk
sebuah ion mononegatif akan menghasilkan persamaan yang analog yang mengan dung
energi orbital ????k untuk penambahan elektron dan energi εk
untuk konfigurasi ion negatif
(4.31)
Jika kita mengasumsikan bahwa sisi sebelah kiri dari
persamaan ini merepresentasikan afinitas elektron Ak dan kita akan
memperoleh
(4.32)
Sebagaimana jelas terlihat dari definisi HOMO dan LUMO,
afinitas elektron menjadi maksimum pada LUMO dan ionisasi energi menjadi
minimum pada HOMO dengan ketentuan bahwa konfigurasi elektron tersebut
merepresentasikan keadaan dasar.
(4.33)
Persamaan di tengah dibatasi pada sistem yang khusus di mana
sebuah orbital adalah HOMO dan juga LUMO.
·
Metoda dengan memasukkan korelasi elektron
Sebagaimana telah disebutkan dalam bagian 3.3, metoda SCF
tidak memperhitungkan efek korelasi elektron, metoda interaksi konfigurasi (Configuration
Interaction-CI) didasarkan pada pendekatan variasi dan metoda Mφller-Pleset
(MP) yang didasarkan pada pendekatan gangguan, sangat sering digunakan untuk
memperhitungkan efek korelasi elektron.
Dalam metoda CI, kombinasi linier dari berbagai konfigurasi
elektron {Φi} sebanyak mungkin digunakan untuk memecahkan HΨ = EΨ.
Perhitungan matematika untuk masalah ini adalah sama dengan
yang telah disebutkan untuk metoda variasi Ritz. Dengan memasukkan konfigurasi
elektron sebanyak mungkin untuk mendapat ketepatan dan kehandalan yang tinggi
tidak sebanding dengan penghematan waktu komputasi dan memori komputer untuk
mereduksi biaya perhitungan. Kompromi antara keinginan yang berlawanan harus
dilakukan. Metoda CI sering memerlukan pengetahuan yang khusus untuk memilih
pilihan yang pantas dari konfigurasi elektron yang perlu dilibatkan. Metoda CI
memiliki keunggulan untuk memperoleh energi keadaan tereksitasi dan fungsi
gelombang disamping pada sifat-sifat keadaan dasar dengan meminjam pada
sifat-sifat dan karakter metoda variasi Ritz.
2.6. Ciri-ciri Molekul Orbital
} Semua
orbital atom bergabung membentuk orbital molekul
} Orbital
molekul adalah daerah kebolehjadian (probabilitas) menemukan elektron di
sekitar inti
} Yang
akan dibahas dalam materi hanya molekul dwiatom yg sejenis, seperti F2,
O2, dan H2
} Penggabungan
dua atom menghasilkan orbital baru yg disebut orbital bonding (ikat) dan
anti bonding (anti ikat)
} Orbital
bonding adalah orbital yg terdapat antara kedua inti yang membuat kedua
atom saling terikat
} Orbital
anti bonding adalah orbital yg berada di belakang kedua inti dan saling
berjauhan ® dilambangkan
dengan tanda bintang (*)
2.7. konfigurasi electron, momen
dipol, kepolaran ikatan dan molekul
Konfigurasi
Elektron Molekul
Contoh
:
1.
B2 ,Jumlah elektron = 10
Konfigurasi elektron : (σ1s)2 (σ1s*)2 (σ2s)2 (σ2s*)2 (σ2px)2
2.
N2, Jumlah elektron = 14
Konfigurasi elektron : (σ1s)2 (σ1s*)2 (σ2s)2 (σ2s*)2 (σ2px)2 (π2py)2 (π2pz)2
Sifat
kemagnetan
} Ditentukan
oleh ada tidaknya elektron yang tidak berpasangan (lone pair)
} Makin
banyak elektron tak berpasangan ®
makin paramagnetik
} Tidak
ada elektron tak berpasangan ®
diamagnetik
Momen magnet
= μ √ n (n+2)
n = elektron tak
berpasangan
Momen
dipol
} Dipol
adalah jarak antara muatan positif dan negatif dalam molekul
} Momen
dipol (μ)
= produk perkalian antara muatan dan jarak muatan
μ = q x d
Kepolaran
ikatan dan molekul
} Jika
terdapat perbedaan keelektronegatifan antara 2 atom yang berikatan, maka ikatan
tersebut bersifat polar (momen dipol ≠ 0)
} Pada
suatu molekul, jika jumlah momen dipol ikatan – katannya ≠ 0, maka molekul
tersebut dinyatakan polar.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
·
Teori orbital molekul (OM), menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah
orbital molekul yang dihasilkan dari
interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait
dengan molekul secara keseluruhan.
·
Dalam pembentukan molekul, orbital atom
bertumpang tindih menghasilkan orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron
dalam molekul.
·
Untuk
menentukan seberapa stabil suatu molekul diatomik, kita tentu membutuhkan
patokan kuantitatifnya. Disini dapat kita gunakan derajat ikatan sebagai nilai
kestabilan tersebut.
·
Metoda
SCF dengan menggunakan kombinasi linier sebagai cara yang paling ampuh dalam
kimia kuantum dan juga aplikasinya pada metoda orbital molekul.
3.2.
Saran
Demi menambah
pengetahuan mengenai teori molekul orbital ini, baik
penulis maupun pembaca diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan yang ada ini
sehingga pemahaman kita mengenai molekul orbital ini akan semakin
baik .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar